Minggu, 5 Oktober 2025

Kemenbud Ajak Masyarakat 'Ofensif' Promosikan Kekayaan Budaya di Kancah Global

Restu Gunawan mengajak masyarakat Indonesia untuk aktif memperkenalkan budaya bangsa di kancah internasional.

Editor: Dodi Esvandi
Grace Sanny Vania
Direktur Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan RI, Restu Gunawan dalam acara Talkshow Menggali Peradaban, Menapak Masa Depan HUT 60 Kompas.id, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, Senin (30/6/2025). Restu mengajak masyarakat Indonesia untuk bersikap ofensif atau gencar mempromosikan budaya bangsa di kancah internasional. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan RI, Restu Gunawan, mengajak masyarakat Indonesia untuk aktif memperkenalkan budaya bangsa di kancah internasional.

Restu menegaskan bahwa kini sudah saatnya masyarakat Indonesia bersikap “ofensif” atau gencar mempromosikan kekayaan budayanya di kancah global, daripada hanya berfokus membendung masuknya budaya asing di era digital.

“Saya kira sudah waktunya kita ofensif, menyerang. Di era digitalisasi yang kita katakan selalu bagaimana kita menghempas kebudayaan asing masuk ke kita. Siapa yang bisa hari ini menghempas kebudayaan? Anak-anak kita saja di kamar-kamar sudah bisa mengakses kebudayaan dari mana-mana. Maka kita harus ofensif,” kata Restu dalam acara Talkshow Menggali Peradaban, Menapak Masa Depan HUT 60 Kompas.id, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, Senin (30/6/2025).

Restu menguraikan beberapa langkah “ofensif” yang dapat dilakukan masyarakat dalam kesehariannya untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia di kancah global.

Salah satu contoh yang Restu berikan adalah masyarakat dapat menghadirkan tumpeng—makanan tradisional berbentuk kerucut yang juga merupakan warisan takbenda Indonesia—ketika merayakan ulang tahun.

“Kalau ulang tahun ini sering saya katakan boleh kue tart, tapi tetap pakai tumpeng. Jangan lupa tumpeng sudah warisan budaya tak benda. Jadi dalam tumpeng itu kan disitu ada karbohidrat, ada protein, ada sayur-mayurnya. Saya tidak melarang orang menggunakan tart, nanti diprotes orang saya. Kue tart boleh, tapi kalau orang sakit gula sudah susah karena isinya tepung dan gula. Jadi menurut saya tumpengnya iya, kue tart (juga) iya biar merdeka. Maksud saya ofensifnya itu melalui tindakan kita gitu,” katanya.

Restu juga mengajak masyarakat untuk bangga mengenakan produk budaya Indonesia seperti batik dan tenun saat bepergian ke luar negeri.

Batik sendiri telah diakui sebagai warisan budaya takbenda Indonesia oleh UNESCO sejak tahun 2009.

Menurut Restu, busana dengan berbagai motif khas tersebut merupakan warisan bangsa yang telah mendunia dan sangat diapresiasi.

“Kalau kita ke luar negeri ya pakai batik. Pakai tenun misalnya kan kayak gitu. Jadi kalau Bapak/Ibu ke luar negeri berdiplomasi sidang macem-macem, (lalu) pakai batik, nanti ditanya, (dari) Indonesia? Pasti begitu. Jadi dari baju saja udah Indonesia, gak mungkin Malaysia. Saya kira pasti Indonesia. Kemudian pasti dia akan mengapresiasi saya dengan batik saudara dan lain sebagainya,” katanya.

Selain itu, Restu juga mendorong agar masyarakat aktif mempromosikan kuliner dan seni pertunjukan Indonesia di kancah global.

Sebagai contoh, kata Restu, masyarakat dapat membawa oleh-oleh khas Indonesia seperti rendang maupun kopi, serta tak perlu sungkan menampilkan musik dangdut atau campursari ketika ada kesempatan bernyanyi di luar negeri.

“Dan jangan lupa kalau ke luar negeri bawa souvenirnya khas Indonesia misalnya. Terserah apa yang dibawa oleh-olehnya. Kalau bisa juga rendang atau kopi, itu lebih Indonesia kira-kira kan,” katanya.

“Kalau perlu waktu di luar negeri kalau pas nyanyi-nyanyi, nyanyinya dangdut kira-kira kan gitu. Jadi lebih Indonesia. Jadi kita harus ofensif, gak usah malu. Pakai campursari juga oke gak ada masalah. Kebudayaan kita sebenarnya kaya sekali,” lanjutnya.

Restu menekankan kalau tindakan konkret semacam ini— yang dapat diterapkan masyarakat dalam kesehariannya—merupakan kunci untuk mempromosikan budaya Indonesia di kancah global.

Langkah-langkah ofensif ini, menurut Restu, pada gilirannya dapat menumbuhkan kebanggaan anak-anak bangsa terhadap budayanya sendiri.

“Jadi ofensifnya, menyerangnya kita tuh lewat tindakan kita. Dengan seperti itu mudah-mudahan kita bisa tidak usah ngomong, membatasi, menghempas. Anak-anak kita akan bangga dengan kebudayaan kita,” pungkasnya.(Grace Sanny Vania)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved