Wacana Pergantian Wapres
Jokowi Pernah Bilang Pemakzulan Gibran Harus Sepaket, Yunarto Wijaya: Kesannya Upaya Momong Anak
Yunarto Wijaya menilai, pernyataan Jokowi soal pemakzulan juga bisa menjadi beban bagi Gibran dan Presiden RI Prabowo Subianto.
Penulis:
Rizkianingtyas Tiarasari
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menyoroti statement Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) tentang desakan pemakzulan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, dari kursi wakil presiden RI.
Beberapa pekan lalu, Jokowi menyiratkan bahwa tuntutan pemakzulan presiden atau wakil presiden harus sepaket.
Terkait pernyataan Jokowi tersebut, Yunarto Wijaya menganggapnya sebagai hal yang tidak lazim.
Ia juga merasa kasihan dengan Gibran, sebab terkesan selalu dilindungi bapaknya.
Hal ini disampaikan Yunarto Wijaya dalam podcast/siniar GasPol yang diunggah di kanal YouTube Kompas.com pada Sabtu (28/6/2025).
"Buat saya, enggak lazim Pak Jokowi menjawab itu, makanya kesalahannya sudah di situ, dari dia mau menjawab [pertanyaan soal pemakzulan]," kata Yunarto.
"Buat saya, kasihan Mas Gibran, RI2 kok masih harus dibelain bapaknya," lanjutnya.
Yunarto lantas menilai, Gibran yang notabene anak mantan presiden dan saat ini menduduki posisi Wakil Presiden RI, serba salah.
Sebab, setiap pernyataan yang dilontarkan Jokowi akan terkesan sebagai upaya untuk mengamankan posisi anaknya.
"Itulah serba salahnya ketika seorang wakil presiden atau presiden, siapapun, lalu dia adalah anak dari mantan presiden. Apa pun yang dilakukan atau dikeluarkan oleh statement bapaknya itu dilihat sebagai upaya membekingi, sebagai upaya momong anak," jelas Yunarto.
Selanjutnya, pernyataan Jokowi soal pemakzulan tersebut juga bisa menjadi beban bagi Gibran dan Presiden RI Prabowo Subianto.
Baca juga: Pakar Hukum Desak DPR Tindaklanjuti Surat Pemakzulan Gibran: Nanti Jadi Misteri Keajaiban Dunia ke-8
"Inilah yang menyebabkan akhirnya jadi beban buat Mas Gibran. apa pun statement dari mantan presiden akhirnya jadi beban juga buat Pak Prabowo karena kan selalu dianggap cawe-cawe upaya mengintervensi," paparnya.
Yunarto juga mempertanyakan, mengapa Jokowi masih bersedia meladeni usulan pemakzulan Gibran Rakabuming Raka.
Sebab, ada dua penafsiran publik yang bisa timbul.
Pertama, anggapan atau kesan bahwa Gibran masih dimomong oleh bapaknya, dan yang kedua, kesan bahwa Jokowi ingin pemakzulan harus diberlakukan sepaket, yakni Gibran dan Prabowo.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.