Senin, 29 September 2025

Ketua Komisi IV DPR Minta Budidaya Sawah Pokok Murah Bisa Dikembangkan di Banyak Wilayah Tanah Air

Titiek mengungkapkan, sistem budidaya padi Sawah Pokok Murah menunjukkan petani Indonesia cerdas  karena mampu membuat terobosan pertanian unggul

Penulis: Reza Deni
HO-Dokumentasi Kerja Titiek Soeharto
SAWAH POKOK MURAH - Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto saatmenyaksikan SawahPokok Murah di Kabupaten Agam Sumatera Barat, Sabtu (21/6/2025). Titiek mengapresiasi inovasi petani Agam dengan budidaya padi sawah ramah lingkungan dan produktivitas tinggi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto mengapresiasi inovasi petani Agam dengan budidaya padi sawah ramah lingkungan dan produktivitas tinggi. 

Titiek mengungkapkan, sistem budidaya padi Sawah Pokok Murah (SPM) menunjukkan petani Indonesia cerdas  karena mampu membuat terobosan pertanian yang unggul namun berbiaya rendah. 

Baca juga: Titiek Soeharto: Laut Indonesia Tak Sekadar Kedaulatan Negara tapi Juga Kelangsungan Hidup Nasional

“Saya cermati sawah pokok murah ini, merupakan gambaran petani Indonesia khususnya petani Kabupaten Agam kreatif karena mampu menghasilkan budidaya padi berbiaya rendah, ramah lingkungan dengan produktivitas lebih tinggi hingga 40 persen dibandingkan pertanian konvensional,” ujar Titiek seusai menyaksikan Sawah Pokok Murah di Kabupaten Agam Sumatera Barat, dalam keterangannya, Sabtu (21/6/2025).

Menurut Titiek, SPM bisa menjadi solusi atas permasalahan yang kerap dihadapi petani dalam negeri seperti ketergantungan pupuk anorganik, hingga kebutuhan air tinggi.

"Metode budidaya ini membuat petani hemat pupuk hingga 30 persen, tidak membutuhkan banyak air sehingga kita perlu khawatir lagi jika musim tanam dilakukan saat kemarau datang, bahkan hama dan penyakit bisa dikendalikan dengan baik”ungkap Titiek.

Legislator Partai Gerindra itu menegaskan SPM merupakan jawaban atas keterbatasan lahan, menyusutnya tenaga kerja sektor di Indonesia sehingga sistem budidaya SPM bisa ditiru dan diterapkan petani di tempat lain  demi tercapainya swasembada pangan.

“Bayangkan rata-rata kepemilikan lahan petani di kabupaten Agam ini tidak lebih dari 3000 meter persegi, namun hasil panen padinya jauh lebih. Saya rasa metode SPM ini patut dipertimbangkan untuk ditiru dan dilakukan di daerah lain agar swasembada pangan lebih cepat tercapai,” kata Titiek.

Baca juga: Dukung Dedi Mulyadi Larang Rapat di Hotel, Wakil Ketua DPRD Jabar Sarankan Pejabat Rapat di Sawah

Budidaya SPM yang dikembangkan sejak tahun 2021, menjadi populer di kalangan petani Kabupaten Agam karena hasil panen yang tinggi, dengan memanfaatkan jerami limbah panen sebagai mulsa, tanpa olah tanah, tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, sedikit pupuk anorganik dan mampu menekan organisme pengganggu tanaman.

Lebih lanjut, Titiek mengatakan pihaknya mendukung pertanian berkelanjutan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani dan tujuan asta cita berupa kemandirian pangan tercapai.

“Karena pada ujungnya petani akan sejahtera, target asta cita mandiri pangan tercapai dan negara menjadi kuat," pungkas dia.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan