Senin, 6 Oktober 2025

Profil dan Sosok

Sosok Harry Truman Simanjuntak, Arkeolog yang Mundur dari Tim Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Harry Truman Simanjuntak mengungkap 5 kejanggalan dalam penulisan ulang sejarah RI yang bakal dituangkan dalam Buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI).

Dirjen Kebudayaan
PENULISAN ULANG SEJARAH RI - Prof. Ris. Dr. Harry Truman Simanjuntak. Simak sosok Harry Truman Simanjuntak, arkeolog senior yang memutuskan untuk mundur dari tim penulisan ulang sejarah RI (Republik Indonesia). 

Padahal, mulanya Harry mengaku sangat semangat turut ambil bagian dalam penulisan sejarah, lantaran bidang keprasejarahan ini membutuhkan pembaruan data yang bakal berimplikasi munculnya pandangan-pandangan baru.

"Tapi, diskusi dan diskusi berlanjut-berlanjut, begitu saya melihat banyak kejanggalan. Setidaknya saya mencatat ada lima kejanggalan," kata Truman, dalam diskusi daring, Rabu (18/6/2025), dilansir Kompas.com.

Truman menuturkan, kejanggalan pertama terlihat ketika penulisan sejarah ulang itu ditargetkan rampung pada Juni 2025, sedangkan rapat persiapan baru dimulai di sekitar akhir November.

Rapat konsepsi penyusunan buku sejarah itu pun baru terjadi pada Januari awal tahun ini.

Dirinya yang sudah berpengalaman menerbitkan buku menyatakan, penulisan biasanya membutuhkan waktu lima tahun.

Bahkan, dalam menyusun buku Indonesia Dalam Arus Sejarah (IDAS), tim membutuhkan waktu hingga sepuluh tahun sejak disusun tahun 2002 hingga terbit tahun 2012.

"Sepuluh tahun paling tidak prosesnya hingga menghasilkan sebuah buku. Saya waktu itu menyatakan, kok bisa secepat itu? Saya bilang, apakah mungkin? Tapi, yang lain meyakinkan betul, oke karena ini bukan data baru, bukan mulai dari nol dan sebagainya. Oke, saya ikuti itu," kata Truman.

Kejanggalan kedua ada pada konsepsi penulisan buku.

Konsepsi ini disusun oleh editor umum arahan penguasa. 

Harry Truman khawatir, konsepsi yang tidak dibuat langsung oleh para sejarawan ini membuat sejarah disesuaikan ulang sesuai keinginan penguasa, bukan murni atas fakta.

"Janganlah menyusun konsepsi itu di bawah arahan penguasa. Ketika kita mau menyusun sebuah buku, apalagi ini buku kebangsaan, apalagi ini buku berseri, mestinya didahului oleh semacam seminar-seminar," ucap Truman.

"Kita undang semua ahli terkait dengan itu untuk apa? Untuk memperoleh masukan-masukan yang berharga untuk memantapkan konsepsi itu," katanya.

Sayangnya, kata Truman, tidak ada seminar dalam tim, yang ada hanya rapat sekitar dua hingga tiga kali dan merekrut beberapa pakar.

Kejanggalan selanjutnya adalah penyodoran outline jilid prasejarah.

Padahal, seharusnya, outline itu disusun oleh sejarawan.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved