Sosok Bonnie Triyana, Politisi PDIP Minta Stop Sejarah Ditulis Ulang jika Hapus Perkosaan Massal 98

TRIBUNNEWS.COM - Bonnie Triyana, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), meminta Menteri Kebudayaan Fadli Zon untuk menghentikan proyek penulisan ulang sejarah Republik Indonesia (RI).

Bonnie Triyana juga meminta agar Fadli Zon mengklarifikasi terkait pernyataan tak adanya pemerkosaan massal 1998. 

"Jangan lakukan penulisan sejarah melalui pendekatan kekuasaan yang bersifat selektif dan parsial atas pertimbangan-pertimbangan politis. Apabila ini terjadi, lebih baik hentikan saja proyek penulisan sejarah ini,” ujar Bonnie, mengutip Kompas.com.

Menurut Bonnie, pernyataan dan pandangan Fadli Zon soal kasus pemerkosaan massal 1998 sarat akan subjektivitas.

Oleh karena itu, apa yang menurut Fadli Zon tak ada, bukan berarti menegaskan peristiwa tersebut tidak pernah terjadi.

"Apa yang menurut Menteri Kebudayaan tidak ada, bukan berarti tak terjadi,” ujar Bonnie.

Lantas siapakah sosok Bonnie Triyana?

Bonnie merupakan politisi PDIP yang mengemban amanah sebagai Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) DPR RI.

Pria kelahiran Rangkasbitung, Banten, 27 Juni 1979 ini merupakan seorang sejarawan.

Dirinya juga dikenal sebagai kurator museum, juga menjadi pemimpin redaksi majalah sejarah popular pertama di Indonesia, Majalah Historia, mengutip undip.ac.id.

Pada awal tahun 2022, ia pernah menjadi kurator tamu sebuah pameran Revolusi Nasional Indonesia di Rijksmuseum Amsterdam. 

Baca juga: Didesak Minta Maaf soal Pemerkosaan Massal 1998, Fadli Zon: Silakan Saja Beda Pendapat

Bonnie ikut menggagas Museum Multatuli di Rangkasbitung, Banten, mengutip Wikipedia.

Dirinya juga terlibat dalam menyelamatkan gedung Sarekat Islam di Semarang. 

Ia menyelesaikan sarjana dari jurusan sejarah Universitas Diponegoro (Undip), Semarang (2003). 

Ia sempat mengenyam kuliah pascasarjana sejarah di Universitas Indonesia (UI) pada 2005.

Fadli Zon Didesak Minta Maaf