Disebut Kader PSI Penuhi Syarat sebagai Nabi, Jokowi: Berpikir yang Rasional Saja
Respons Jokowi soal disebut oleh kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka, sudah memenuhi syarat sebagai seorang nabi.
TRIBUNNEWS.COM - Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka, menilai Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) sudah memenuhi syarat sebagai seorang nabi.
Diwartakan Tribun Solo, hal itu pun mendapatkan respons dari Jokowi.
Ia meminta agar berpikir lebih rasional untuk melontarkan sebuah pernyataan.
“Nabi terakhir itu Nabi Muhammad saw. Kalau ada pemikiran seperti itu. Mikir yang rasional aja,” terang Jokowi saat ditemui awak media di kediamannya, Solo, Jawa Tengah, Jumat (13/6/2025).
Sebelumnya, pernyataan itu disampaikan Dedy di akun X pribadinya saat membalas celotehan warganet yang menyindir Jokowi, Selasa (10/6/2025)
"Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini (Jokowi) sudah memenuhi syarat, cuman sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat."
"Sementara di dunia lain masih ada saja yang tidak siap dengan realitas bahwa tugas kenegaraan beliau sudah selesai dengan paripurna," tulis Dedy.
Dedy lalu memberikan penjelasan mengenai pernyataan tersebut.
Menurutnya, tidak semua penyebutan "nabi" berarti secara literal menerima wahyu dari Tuhan seperti yang dipahami dalam Islam atau Kristen.
Terlebih, persepsi bahwa seorang nabi harus menerima wahyu secara langsung dari Tuhan.
"Orang yang menerima wahyu dari Tuhan untuk disampaikan kepada umat manusia."
Baca juga: Klarifikasi Resmi Dedy Nur Palakka soal Statement Jokowi Penuhi Syarat sebagai Nabi: Tak Wakili PSI
"Namun, dalam perbincangan filsafat, sastra, dan tafsir sosial, kata nabi juga sering digunakan secara kiasan atau simbolik," terang Dedy.
Dedy menegaskan pernyataannya tersebut tidak salah dan tidak harus disalahkan.
"Tidak perlu banyak orang untuk mengawali pemikiran."
"Banyak ide besar dalam sejarah justru berangkat dari satu orang yang melihat sesuatu yang orang lain belum lihat," ujar Dedy.
Ia lantas memberikan beberapa contoh tokoh besar di dunia.
"'Dulu orang menganggap Nelson Mandela pengacau, sebelum akhirnya disebut pembawa cahaya rekonsiliasi dan Mahatma Gandhi dulu dianggap aneh dengan strategi ahimsa, sebelum dunia menyebutnya nabi tanpa senjata."
"Sifat kenabian tidak harus selalu disematkan oleh massa. Kadang, satu orang yang mampu menjaga integritas, sabar dalam difitnah, tidak membalas kebencian dengan kebencian, dan tetap memimpin dengan ketenangan, jauh lebih mencerminkan karakter kenabian daripada mereka yang sibuk mengaku-ngaku 'paling religius'," kata Dedy.
Ia menegaskan pernyataannya itu hanyalah penilaian pribadi.
"Jadi, kalau pun hanya satu orang yang mengatakan Jokowi punya sifat kenabian, itu sah sebagai penilaian pribadi yang berbasis pada nilai-nilai etis, bukan klaim wahyu literal," tutur Dedy.
Klarifikasi Dedy
Dedy sudah menyampaikan klarifikasi resmi atas pernyatannya yang menyebut Jokowi memenuhi syarat menjadi nabi.
Ia menyebut hal itu adalah pandangan pribadi dan tak merepresentasikan PSI.
Selain itu, dirinya telah mendapat teguran langsung dari Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PSI Bali.
Ia sekaligus meminta maaf kepada masyarakat dan umat beragama, serta pihak yang merasa terganggu.
Klarifikasi ini disampaikan Dedy Nur Palakka dalam sebuah cuitan di akun media sosial X (dulunya Twitter) miliknya, @DedynurPalakka, Kamis (12/6/2025).
Berikut bunyi klarifikasi Dedy selengkapnya:
Pernyataan Klarifikasi Resmi
Terkait polemik atas pernyataan saya beberapa waktu lalu mengenai "Pak Jokowi memenuhi syarat sebagai nabi", dengan ini saya, Dedy Nur Palakka, menyampaikan klarifikasi sebagai berikut:
1. Pernyataan tersebut sepenuhnya merupakan pandangan pribadi, dan tidak mewakili sikap resmi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) secara kelembagaan.
2. DPW PSI Bali telah memberikan teguran secara internal sebagai bentuk tanggung jawab organisasi terhadap sensitivitas publik dan keberagaman pandangan masyarakat.
3. Dengan kesadaran penuh, saya mencabut pernyataan tersebut, demi menjaga ruang dialog publik yang sehat dan tidak menimbulkan salah tafsir yang berlarut-larut.
4. Saya menyampaikan permohonan maaf secara terbuka dan setulus-tulusnya kepada masyarakat, seluruh umat beragama, serta pihak-pihak yang merasa terganggu atau tersinggung oleh pernyataan tersebut.
Saya berkomitmen untuk tetap menjaga etika publik, belajar dari dinamika ini, dan memperkuat semangat demokrasi yang sehat, jujur, dan terbuka.
Terima kasih atas kritik, masukan, dan pengertian dari berbagai pihak.
Hormat saya,
Dedy Nur Palakka
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul BREAKING NEWS - Di Solo, Jokowi Respons Usai Dinilai Setara Nabi : Yang Terakhir Itu Nabi Muhammad!
(Tribunnews.com/Deni/Galuh/Rizky)(TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.