Jokowi dan Kiprah Politiknya
Jokowi Bisa Kehilangan Daya Tarik bila Jadi Ketua Umum Parpol, Ini Kata Pengamat
Pengamat psikologi politik Moh Abdul Hakim menilai Jokowi bisa kehilangan daya tarik bila menjadi ketua umum partai politik.
TRIBUNNEWS.COM - Nama Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dikaitkan sebagai bakal calon Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Bukan cuma PSI, Jokowi juga digoda untuk menjadi kandidat Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Pengamat psikologi politik dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Moh Abdul Hakim menilai Jokowi bisa kehilangan daya tarik bila memimpin sebuah parpol.
Menurut Hakim, secara objektif dapat dikatakan mayoritas mantan Presiden RI menjadi ketua umum partai politik bukanlah hal baru.
Tetapi, ada perbedaan dari sosok Jokowi dibanding mantan presiden lain.
"Bedanya adalah Pak Jokowi itu lahir dari rahim politik yang berbeda. Dia berangkat dari dirinya sendiri, bukan partai politik."
"Dan kedekatan dia dengan para pemilih itu tidak pernah dimediasi oleh satu lembaga formal yang namanya partai politik. Dan beliau pertahankan sampai akhir periode kedua ke presidennya," ungkap Hakim dalam talkshow Overview Tribunnews, Rabu (4/6/2025).
Kalau sampai Jokowi memutuskan menjadi ketua partai, Hakim menilai hal itu akan mengubah peta politik Indonesia secara fundamental.
"Partai-partai koalisi yang selama ini mendekat dengan Pak Jokowi itu kan dalam konteks mencari berkah, berkah politik. Mengapa berkah politik? Ini Pak Jokowi populer tapi enggak punya partai sehingga sedikit sedikit mungkin bisa spill over ke tempat saya."
"Beliau akan kehilangan daya tarik bagi partai-partai yang sudah ada selama ini," ungkap Hakim.
Lebih lanjut, Hakim menilai apabila Jokowi menjadi ketua umum partai, maka akan menjadi sejarah baru di Indonesia.
"Sejarah menunjukkan bahwa ketika mantan presiden memimpin partai, sementara beliau sendiri itu sudah tidak bisa menjadi calon presiden," ungkapnya.
Baca juga: Jokowi Sudah di Puncak Piramida Politik, Apa Masih Perlu Jadi Ketua Umum PSI?
Tak Bagus untuk Jangka Panjang
Menurut Hakim, langkah Jokowi menjadi ketua umum dinilai tidak cukup mendongkrak partai yang relatif masih kecil ke level partai besar.
"Mengapa? Karena begini, untuk menjadi partai besar, partai itu harus ideologis, punya akar sejarah yang kuat. Sebagai contoh, PKB."
"PKB pernah terpuruk, tetapi akar ideologis dia sangat kuat sehingga tetap bisa jalan. Tetapi kalau sebuah partai dari DNA-nya mengandalkan figur, itu cenderung tidak bisa bertahan kuat di Indonesia," ungkapnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.