Sektor Transportasi di Indonesia Hadapi Banyak Tantangan untuk Kurangi Emisi Karbon
Di Indonesia sejumlah pelaku industri transportasi juga terus berupaya menurunkan emisi karbon melalui sejumlah strategi.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Upaya mereduksi emisi karbon menjadi perhatian serius pemerintah serta sektor industri di banyak negara termasuk Indonesia sebagai upaya mitigasi mengantisipasi tren perubahan iklim dan kenaikan suhu udara yang terus terjadi.
Laporan Global Carbon Project (2022) menyatakan, Indonesia menempati posisi ke-6 di daftar negara penyumbang emisi karbon terbesar di dunia.
Baca juga: Aktivis Iklim Greta Thunberg Ikut Kapal yang Berlayar ke Gaza, Bertujuan Mematahkan Blokade Israel
Total emisi karbon Indonesia tercatat mencapai 729 juta ton CO2 atau setara 1,8 persen total emisi karbon di dunia. Di 2022, kontribusi emisi karbon Indonesia berada di bawah China, Amerika Serikat, India, Rusia, dan Jepang.
Emisi karbon Indonesia di tahun tersebut berada di atas 2 negara maju, yakni Jerman di peringkat 8 yang melepas sebanyak 666 juta ton CO2 dan Korea Selatan (di peringkat 10) dengan melepas 601 juta ton CO2.
Baca juga: Menhut: Indonesia-Prancis Memperkuat Kerja Sama Pengelolaan Hutan Berkelanjutan dan Mitigasi Iklim
Laporan Climate Watch (2023) di situs Our World in Data menyatakan, sektor transportasi menjadi penyumbang keempat terbesar terhadap emisi karbon di Indonesia di 2020 sebanyak 126,42 juta ton CO2.
Transport and Climate Profile - Indonesia yang diterbitkan oleh Asian Transport Outlook tahun 2024 menyebutkan, sektor transportasi di Indonesia menyumbang sekitar 22 persen dari total emisi gas rumah kaca.
Nitipon Tansakul, Regional Head of Sustainability, APAC, Rhenus Air & Ocean upaya mengurangi emisi karbon dan mendorong partisipasi para pelaku bisnis di sektor ini menghadapi tantangan pada aspek transparansi dan konsistensi data.
"Data emisi karbon belum tersedia karena metode perhitungan emisi berbeda-beda antar moda transportasi dan penyedia jasanya, sehingga menyulitkan proses pelacakan," ungkap Nitipon Tansakul dalam interview via email dengan Tribunnews, baru-baru ini.
Tantangan lainnya adalah adanya kekhawatiran terhadap biaya. "Banyak bisnis, terutama pelaku usaha berskala kecil dan menengah sangat sensitif terhadap biaya," ujarnya.
Adanya penambahan biaya sering kali tidak memungkinkan, sementara solusi yang lebih berkelanjutan umumnya memerlukan pendanaan yang lebih tinggi. "Kesadaran yang rendah Keberlanjutan belum diprioritaskan pada setiap perusahaan," kata Nitipon Tansakul.
Dia menambahkan, tantangan berikutnya dalam mereduksi emisi karbon di sektor transportasi adalah rantai pasok yang terfragmentasi.
Dia menyatakan para pelaku bisnis transportasi dan ;ogistik sering kali melibatkan subkontrak, sehingga menyulitkan penerapan standar emisi secara konsisten di seluruh jaringan mitranya.
Terkait dengan upaya mereduksi emisi karbon ini, Fabian Kieble, Managing Director Rhenus Indonesia menyatakan, upaya yang dilakukan perusahaannya sejalan dengan tujuan iklim Indonesia yang lebih luas, seperti komitmen pemerintah untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 serta dukungan terhadap reformasi sektor logistik melalui Ekosistem Logistik Nasional (NLE).
"Kami bekerja sama dengan Kementerian untuk menginformasikan kepada perusahaan tentang rencana pemerintah tentang keberlanjutan, serta secara aktif mendukung dan mematuhi peraturan mereka," ungkap Fabian.
Baca juga: Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Polri Dukung Iklim Investasi yang Kondusif
Terkait dengan pelaku industri mana saja yang telah menjalin kolaborasi dengan Rhenus dalam mendukung pencapaian target emisi nol bersih, Nitipon Tansakul pihaknya bekerja sama dengan Clean Cargo Working Group untuk benchmarking emisi angkutan laut yang berkelanjutan.
Partner lainnya adalah Cozero untuk penghitungan karbon dan pelacakan emisi, EcoTransIT World untuk menghitung emisi multimoda, Smart Freight Centre / Clean Air Transport untuk dekarbonisasi angkutan udara, serta UN Global Compact untuk kerangka dalam menetapkan tujuan iklim jangka panjang.
Soal target spesifik, baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang dikejar perusahaan sampai akhir tahun ini atau dalam beberapa tahun mendatang, Nitipon Tansakul bilang, untuk tahun 2025, Rhenus memiliki target untuk mengganti 80 persen konsumsi listrik di fasilitas kami dengan energi terbarukan melalui eksplorasi sumber listrik alternatif dan akhimya menggunakan REC.
Reduksi Emisi Karbon di Transportasi Laut dan Darat
Di Indonesia sejumlah pelaku industri transportasi juga terus berupaya menurunkan emisi karbon melalui sejumlah strategi.
Di sektor transportasi laut, upaya dekarbonisasi antara lain ditempuh PT Pertamina International Shipping (PIS) dengan mereduksi emisi karbon sebesar 51,09 ribu ton CO₂e. Angka ini melampaui 146,4 persen dari target 34,89 ribu ton yang dipatok pada 2024.
Menurut Direktur Perencanaan Bisnis PIS Eka Suhendra, Senin (14/4/2025), perusahaan menjalankan 111 program reduksi emisi dan kontribusi terbesar berasal dari optimasi kecepatan kapal MT Pertamina Pride, MT PNS Serena, dan MT Quantum Harmony.
PIS menetapkan target reduksi emisi yang lebih ambisius di 2025, sebesar 45.213 ton CO₂e untuk mendukung agenda pemerintah menuju Net Zero Emission.
Baca juga: ALFI Berharap Dirjen Bea Cukai Djaka Budi Punya Terobosan Perkuat Iklim Usaha
Sementara di sektor transportasi darat, strategi ditempuh PT Panasonic Gobel Indonesia. Perusahaan mengalihkan moda transportasi pengiriman barang yang dikelola pihak ketiga dari semula menggunakan armada truk berpindah ke kereta api pada rute Jakarta-Surabaya.
Hal ini sejalan dengan target jangka panjang perusahaan patungan Indonesia-Jepang tersebut mengurangi 300 juta ton emisi CO2 hingga tahun 2050.
Menurut Direktur Utama KAI Logistik, Fredi Firmansyah, pada satu rangkaian Kereta Api Container mampu mengangkut 30 gerbong datar atau setara dengan 60 truk berkapasitas 20 ton.
Pengalihan moda jalan ke kereta api, mampu mengurangi emisi karbon dan menjadi solusi transportasi yang lebih ramah lingkungan. (tribunnews/fin)
Eddy Soeparno: Indonesia Layak Menjadi Global Climate Change Leader |
![]() |
---|
Teknologi CCUS Berperan Kurangi Emisi Karbon Tapi Butuh Keselarasan Regulasi |
![]() |
---|
MTI Desak Pemerintah Alihkan Subsidi Motor Listrik ke Angkutan Umum |
![]() |
---|
Tujuh Langkah Transformasi, Jakarta Ditarget Masuk 10 Besar Transportasi Publik Dunia |
![]() |
---|
IDSurvey Dorong Praktik Bisnis Hijau Lewat Pendekatan Riset dan Teknologi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.