Sabtu, 4 Oktober 2025

Hari Pancasila

Momen Hari Lahir Pancasila, Melemahnya Budi Pekerti Anak Bangsa jadi Kekhawatiran

Ketua Yayasan Rumah Anak Pancasila Juan Alexander Wake mengatakan upacara peringatan Hari Lahir Pancasila sangat penting.  

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
HandOut/IST
PERINGATAN HARI LAHIR PANCASILA - Yayasan Rumah Anak Pancasila menggelar upacara dalam memperingati hari lahir Pancasila 1 Juni 2025, di Alun-Alun Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan dengan tema “5 Rasa Yang Mempersatukan Kita” 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yayasan Rumah Anak Pancasila menggelar upacara dalam memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2025, di Alun-Alun Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan dengan tema "5 Rasa Yang Mempersatukan Kita"

Ketua Yayasan Rumah Anak Pancasila Juan Alexander Wake mengatakan upacara peringatan Hari Lahir Pancasila sangat penting.  

Upacara pertama kali digelar pada tanggal 17 Agustus 1945, saat momentum bangsa Indonesia merdeka.

"Tidak hanya rasa syukur, upacara adalah kristalisasi dari empat rasa lain, yang mempersatukan para pendiri bangsa pada saat itu rasa persaudaraan, rasa persatuan, rasa kebersamaan dan rasa peduli," ujar Juan melalui keterangan tertulis, Senin (2/6/2025).

Tepat 80 tahun yang lalu, Ir. Soekarno menyebut Pancasila, sebagai “philosophische grondslag”, atau dasar filosofi dan “Weltanschauung” atau dasar berdirinya suatu negara.  

Menurutnya, Pancasila itu adalah persamaan yang Soekarno gali, dalam diri manusia Indonesia yang berbeda-beda. 

Hal itulah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada bangsa Indonesia.

Juan mengatakan saat ini Yayasan Rumah Anak Pancasila menangkap banyak keresahan terhadap tingkah polah generasi penerus bangsa yang terkikis budi pekertinya, norma adabnya, hingga wawasan kebangsaannya.

Rumah Anak Pancasila menemukan berbagai fakta menyedihkan terkait pemahaman Pancasila dan wawasan kebangsaan sebagian besar anak-anak Indonesia. 

Masih banyak anak muda yang tidak memahami peta NKRI, sejarah Pahlawan Nasional dan wawasan kebangsaan umum lainnya, apalagi arti Pancasila.

"Untuk menutup celah ini, kami di Rumah Anak Pancasila mengedepankan pola internalisasi berbasis “Jas Merah Budi (Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah, Budaya dan Iman). Melalui Sejarah, kita jadi ingat kehebatan, juga kelemahan, bangsa kita," katanya.

Menurutnya, ada lima rasa yang mempersatukan kita yang ada di dalam sila-sila Pancasila itu.

Hal tersebut yang membuat semuanya menjadi orang Indonesia yang sejati.

“Jadi Pancasila itu adalah bukan Cuma sebuah narasi bukan sebuah narasi, bukan hanya sebuah literatur tapi merupakan lima perasaan yang sama yang hidup dalam jiwa bangsa Indonesia," ungkapnya.

Sementara itu Wakil Gubernur Banten, Achmad Dimyati Natakusumah, mengapresiasi langkah Yayasan Rumah Anak Pancasila

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved