Senin, 6 Oktober 2025

Pemerintah Diharapkan Mempertahankan Stairlift di Candi Borobudur untuk Dukung Inklusivitas

Jandi Mukianto, Panitia Waisak Nasional di Candi Borobudur meminta pemerintah untuk tidak mencabut pemasangan stairlift di Candi Borobudur

Editor: Wahyu Aji
Kolase Tribunnews
ESKALATOR BOROBUDUR - Potongan video petugas memasang komponen eskalator di Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Video ini viral di media sosial X dan facebook. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jandi Mukianto, Panitia Waisak Nasional di Candi Borobudur meminta pemerintah untuk tidak mencabut pemasangan stairlift di Candi Borobudur, pasca-kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Pasalnya, terdapat kabar stairlift akan dicopot setelah kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron di situs warisan dunia UNESCO, Candi Borobudur

Fasilitas ini dianggap krusial untuk meningkatkan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas dan lansia, sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan nilai sejarah Candi Borobudur secara langsung.

“Pemasangan stairlift di Candi Borobudur bukan hanya soal akses fisik, tetapi juga tentang mewujudkan inklusivitas," kata Jandi dikutip, Selasa (27/5/2025).

"Saya berharap fasilitas ini menjadi karma baik, memungkinkan penyandang disabilitas dan lansia untuk belajar serta menyaksikan langsung keagungan sejarah Nusantara. Dengan langkah ini, Borobudur akan semakin ramah bagi wisatawan dunia, sejalan dengan standar situs warisan budaya UNESCO lainnya,” sambung Jandi.

Candi Borobudur, yang dikunjungi lebih dari 1,2 juta wisatawan setiap tahunnya berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2023), merupakan salah satu situs warisan budaya terpenting di Indonesia. 

Namun, struktur tangga candi yang curam sering kali menjadi kendala bagi pengunjung berkebutuhan khusus. 

Pemasangan stairlift diharapkan dapat mengatasi hambatan ini, sekaligus menjadikan Borobudur sebagai destinasi yang lebih inklusif.

Sejumlah situs warisan dunia UNESCO telah berhasil menerapkan fasilitas serupa untuk mendukung aksesibilitas. Misalnya, Acropolis di Athena, Yunani, telah dilengkapi dengan lift miring yang menawarkan akses mudah dan pemandangan panorama bagi penyandang disabilitas. 

Di Roma, Italia, Colosseum menyediakan lift untuk mengakses lantai pertama, memungkinkan pengunjung dengan kursi roda menikmati situs bersejarah tersebut.

Sementara itu, Pulau Robben di Afrika Selatan menawarkan tur dengan rute yang ramah disabilitas, termasuk jalur khusus untuk pengguna kursi roda.

“Candi Borobudur bukan hanya milik Indonesia, tetapi juga warisan dunia. Dengan menyediakan fasilitas seperti stairlift, kita tidak hanya menghormati nilai sejarahnya, tetapi juga memastikan bahwa semua orang, tanpa terkecuali, dapat merasakan keajaiban situs ini," kata Jandi.

Dirinya berharap pemerintah dan pengelola Candi Borobudur segera mengimplementasikan rencana ini, sekaligus memastikan bahwa pemasangan stairlift dilakukan dengan mempertimbangkan pelestarian estetika dan integritas struktural candi. 

Dukungan dari berbagai pihak, termasuk komunitas internasional, diharapkan dapat mempercepat realisasi inisiatif ini, menjadikan Borobudur sebagai teladan destinasi wisata inklusif di kawasan Asia.

Sementara itu, Menteri Kebudayaan Fadli Zon membantah ada pemasangan eskalator di Candi Borobudur menjelang kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Indonesia.

Menurut Fadli, yang sekarang sedang dipasang adalah chairlift, yakni alat bantu naik dengan sistem pegangan.

"Yang kita sedang upayakan itu ada pemasangan chair. Chairlift itu di pegangan. Ini untuk inklusivitas," kata Fadli Zon saat dikonfirmasi di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (26/5/2025).

Menurut dia, penggunaan chairlift sudah menjadi praktik umum di berbagai situs warisan dunia. 

Beberapa contoh penerapannya dapat ditemukan di Pantheon Akropolis di Yunani, Sistine Chapel dan Gereja Santo Petrus di Italia, Angkor Wat di Kamboja, serta di Forbidden City dan Tembok Cina.

Dia mengklaim bahwa pemasangan chairlift tidak akan merusak struktur cagar budaya.

"Namanya Itu yang namanya tuh chairlift. Chairlift itu tidak masif dan tidak merusak. Tidak ada penetrasi sama sekali," ucapnya.

Fadli menyesalkan isu yang beredar bahwa ada pemasangan eskalator maupun lift.

"Tidak ada eskalator apalagi ekskavator. Ini yang menyebarluaskan ini benar-benar menyesatkan," tuturnya.

Selain chairlift, dia juga menjelaskan pembangunan jalur khusus bersifat sementara yang tidak merusak situs.

Baca juga: Fakta Stairlift Borobudur untuk Kunjungan Macron, Pemerintah Pastikan Tanpa Merusak Cagar Budaya

"Kalau ada pembangunan rampway. Yang sementara yang sifatnya portable. Itu pakai dari kayu, pakai bantalan. Itu juga tidak ada yang merusak," ungkap Fadli Zon.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved