Selasa, 30 September 2025

FAO Dukung Indonesia dalam Analisis Data Satelit untuk Menilai Luas Hutan

FAO memberikan pelatihan kepada para ahli lokal mengenai teknik penginderaan jauh yang berperan penting dalam memantau ekosistem hutan dan mangrove.

Editor: Content Writer
dok. Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO)
ANALISIS DATA SATELIT - Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mendukung Pemerintah Indonesia dalam memantau sumber daya hutan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Hal ini dilakukan melalui pelatihan dengan para ahli lokal tentang teknik penginderaan jauh pada 3-11 Februari 2025. 

TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) memberikan pelatihan kepada para ahli lokal mengenai teknik penginderaan jauh yang berperan penting dalam memantau ekosistem hutan dan mangrove global pada 3-11 Februari 2025.

Sebanyak 50 perwakilan nasional berkumpul di Lombok dalam lokakarya yang didukung secara finansial oleh Uni Eropa.  

Dengan membangun jaringan penerjemah citra satelit di Indonesia, lokakarya ini secara langsung mendukung Survei Penginderaan Jauh (Remote Sensing Survey/RSS) FAO, yang berperan dalam menyediakan data untuk Penilaian Sumber Daya Hutan Global (Global Forest Resources Assessment/FRA), yaitu evaluasi terbesar terhadap sumber daya hutan di seluruh dunia.

"Melalui lokakarya ini, para ahli penginderaan jauh nasional diperkaya dengan pemahaman untuk menghasilkan estimasi berkualitas tinggi guna berkontribusi pada transparansi dan aksesibilitas data penting tentang hutan," ungkap Adolfo Kindgard, Forestry Officer FAO.

Meningkatkan Pengumpulan Data Penginderaan Jauh

Dengan tujuan meningkatkan kapasitas penginderaan jauh nasional, fasilitator lokakarya memberikan pelatihan mengenai aspek fisik penginderaan jauh serta teori di balik interpretasi citra satelit. Para peserta yang merupakan ahli di bidangnya juga mendapatkan pelatihan terkait metodologi, istilah, dan definisi yang digunakan dalam FRA 2025 RSS.  

Lokakarya ini membekali peserta dengan keterampilan untuk secara mandiri dan konsisten mengestimasi luas hutan daratan dan mangrove, serta perubahan luasnya dari tahun 2000 hingga 2024. Setiap peserta memanfaatkan Collect Earth Online untuk mengumpulkan sekitar 250 sampel RSS di wilayah keahlian mereka.

Selama acara, Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Kementerian Kehutanan, Agus Budi Santosa, menekankan pentingnya kemitraan dalam memajukan informasi kehutanan nasional.

“Sejak tahun 1948, Indonesia dengan bangga menjadi anggota FAO, membangun kemitraan yang kuat dalam memajukan informasi kehutanan nasional. Indonesia telah menunjukkan komitmennya dengan secara konsisten mengirimkan laporan komprehensif tentang status hutan Indonesia melalui Global Forest Resources Assessment (FRA) lima tahunan, yang menampilkan Survei Penginderaan Jauh sebagai elemen utama. Keterlibatan proaktif ini menegaskan dedikasi Indonesia terhadap pengelolaan hutan berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan global,” ujarnya.

Baca juga: UNODC Kerja Sama dengan Industri Kelapa Sawit Memerangi dan Cegah Korupsi di Sektor Kelapa Sawit

Selain meningkatkan perkiraan luas hutan dan perubahannya, pelatihan ini juga menitikberatkan pada hutan mangrove Indonesia yang memiliki cakupan luas serta berperan penting dalam ekosistem pesisir negara.  

Berdasarkan data FRA 2020, Indonesia menguasai 21 persen dari total luas mangrove dunia, menjadikannya sebagai salah satu aktor utama dalam upaya global untuk memantau ekosistem pesisir yang berharga ini.  

Dalam sambutannya, Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal, menegaskan pentingnya peran aktif Indonesia dalam Penilaian Sumber Daya Hutan.

“Partisipasi Anda dalam lokakarya ini sangat penting untuk memastikan bahwa statistik hutan dan mangrove Indonesia seakurat dan seterkini mungkin. Ini juga merupakan kesempatan untuk mempelajari dan menerapkan teknik pemantauan inovatif yang akan memperkuat upaya pelaporan di masa depan,” kata Rajendra.

FAO UN Indonesia

Survei Penginderaan Jauh Global FAO

Sejak tahun 1948, FAO telah menilai kondisi, luas, pengelolaan, dan pemanfaatan sumber daya hutan di seluruh dunia. Penilaian ini mengumpulkan laporan komprehensif dari setiap negara setiap lima tahun sekali, yang disusun oleh koresponden nasional resmi dengan metodologi standar.

Hasilnya digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta rekomendasi bagi masyarakat sipil, sektor swasta, pemerintah, dan konvensi internasional.

Survei Penginderaan Jauh dimanfaatkan oleh Global Forest Resources Assessment untuk mengevaluasi kondisi serta perubahan luas hutan dan penggunaan lahan lainnya yang signifikan di tingkat global, regional, dan bioma. Proses ini dilakukan dengan memanfaatkan citra satelit serta teknologi penginderaan jauh.

FRA 2025 RSS, yang direncanakan terbit pada tahun 2026, akan memperbarui data terkait hutan dan mangrove hingga tahun 2024, serta mengumpulkan informasi baru mengenai sistem agroforestri, penggembalaan, jenis tanaman, hutan yang terbakar, mangrove, dan pohon di luar kawasan hutan.

Artikel ini merupakan hasil kerja sama United Nations Indonesia dengan Tribunnews. Untuk informasi lengkap, kunjungi laman resmi UN Indonesia.

Baca juga: Melangkah Bersama United Nations di Indonesia, Upaya Lokal Asri Capai Tujuan Berkelanjutan

 

Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan