Kamis, 2 Oktober 2025

Diskusi PPI Jepang Soroti Pentingnya Teknologi Ramah Lingkungan di Pertanian

Atase Pertanian KBRI Tokyo, Andi Hidayat mengapresiasi inisiatif PPI Jepang menghadirkan para ahli untuk berbagi wawasan dan buka peluang kolaborasi

Editor: Eko Sutriyanto
Istimewa
Zoom pertanian yang diselenggarakan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jepang (PPI Jepang) tanggal 1 Maret 2025 

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Diskusi via Zoom yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jepang (PPI Jepang), tanggal 1 Maret 2025, mengungkapkan perlunya teknologi ramah lingkungan dalam pengembangan lahan persawahan di berbagai tempat.

"Pertanian merupakan keunggulan komparatif Indonesia dibandingkan negara-negara maju yang memiliki empat musim," papar Ketua PPI Jepang, Prima Gandhi, kemarin (8/3/2025).

Prima juga menyoroti pentingnya penggunaan teknologi ramah lingkungan, mekanisasi pertanian yang disesuaikan dengan skala kepemilikan lahan di Indonesia, serta pengembangan startup berbasis teknologi pertanian untuk meningkatkan efisiensi pasar dan kesejahteraan petani.

PPI Jepang menyelenggarakan webinar bertajuk Innovation and Future Perspective in Agriculture and Food Technologies pada 1 Maret 2025. Acara tersebut berjalan sukses dan menghadirkan tiga pembicara utama dari berbagai institusi.

Tujuannya adalah membahas inovasi terkini dalam sektor pertanian serta peluang kolaborasi antara akademisi, industri, dan lembaga penelitian guna mendukung perkembangan teknologi pertanian di Indonesia.

Baca juga: Pernyataan Sikap PPI Australia tentang Pendidikan di Indonesia: Habis Gelap, Akankah Terbit Terang?

Webinar ini dihadiri oleh Atase Pertanian KBRI Tokyo, Andi Hidayat, yang menyoroti pentingnya teknologi dalam menjawab tantangan sektor pertanian, termasuk mendukung program makan bergizi gratis yang dicanangkan pemerintah.

Andi juga mengapresiasi inisiatif PPI Jepang menghadirkan para ahli untuk berbagi wawasan dan membuka peluang kolaborasi strategis.

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Agustami Sitorus, dalam paparannya membahas tentang teknologi non-destruktif dalam menilai kualitas produk pertanian dan pangan.

Ia menegaskan, tantangan utama yang dihadapi adalah validasi model pada skala yang lebih besar serta penerapannya untuk produk lokal Indonesia.

Senada dengan Agustami, Yohanes Bayu Suharto menyoroti generasi milenial di bidang pertanian. Dosen Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor ini menjelaskan bahwa saat ini terjadi penurunan jumlah petani muda.

Menanggapi hal ini, diperlukan transformasi sektor pertanian dari sistem konvensional ke teknologi modern, termasuk pertanian berbasis digital dan smart farming untuk meningkatkan efisiensi dan daya tarik bagi generasi muda.

Dari sektor industri, pengusaha Aero Versum Group, Pandu Wirabuana, membagikan pengalaman tentang mentransformasi ilmu sains ke bisnis dalam bidang pertanian.

Perusahaannya mengembangkan berbagai teknologi berbasis drone dan analisis data untuk efisiensi pertanian, termasuk perhitungan pohon, penyerbukan buatan, dan analisis pemupukan.

Selain itu, ia menjelaskan bahwa tantangan utama dalam penerapan teknologi ini adalah adopsi oleh petani serta regulasi yang berlaku.

Sebanyak 81,6 persen peserta menilai webinar ini sangat bermanfaat dan berharap dapat menjadi jembatan kolaborasi antara peneliti, akademisi, dan industri.

Di samping itu, diskusi pertanian juga dilakukan oleh kelompok Pencinta Jepang. Bagi yang berminat, silakan email ke: [email protected]. Tuliskan nama, alamat, dan nomor WhatsApp Anda. (Laporan Koresponden Tribunnews.com Ricard Susilo dari Jepang)

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved