Ubedilah kemudian meminta Menteri Pendidikan Tinggi dan Saintek untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap implementasi kebijakan PTNBH.
"Karena kasus seperti ini sesungguhnya juga terjadi di kampus-kampus PTNBH yang lain, bukan hanya UNJ. Sehingga ke depan akademisi dan intelektual kritis makin tergerus. Otonomi keilmuan, kebebasan akademik, kebebasan berpikir yang menjadi ciri khas kaum intelektual berangsur punah. Pada akhirnya dunia kampus menjadi kehilangan jati diri dan hanya menghasilkan intelektual tukang yang oleh Antonio Gramsci disebut intelektual tradisional yang bekerja hanya melakukan rutinitas dan tidak peduli dengan keadaan sekitarnya yang banyak ketidakadilan, kezaliman dan lain-lain," ungkapnya.
"Jadi mohon maaf, biarkan mereka sedang mempertontonkan otoritasnya, monggo jalan terus. Saya pribadi nrimo, dan tidak menghamba pada kekuasaan, saya tetap komitmen berkontribusi untuk kemajuan UNJ dan bangsa ini meskipun tidak dalam struktural," pungkasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.