Upaya Turunkan Angka Stunting, BKKBN Fokus Intervensi Keluarga Berisiko
Kepala BKKBN Wihaji, menjelaskan salah satu langkah utama dalam percepatan penurunan stunting adalah mengidentifikasi keluarga berisiko.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN memperkuat sinergi dengan berbagai pihak, termasuk Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia.
Melalui kerja sama, program intervensi stunting akan lebih tepat sasaran dengan memanfaatkan data keluarga berisiko serta dukungan dari Tim Pendamping Keluarga (TPK) dan organisasi di bawah naungan PBNU, seperti Banser, Muslimat, dan Fatayat.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji, menjelaskan bahwa salah satu langkah utama dalam percepatan penurunan stunting adalah mengidentifikasi keluarga berisiko.
Baca juga: Tanggapi Kritik Soal Rasa Menu Makan Bergizi Gratis, Kepala BKKBN: Kalau Jelek, Kita Evaluasi
"Kami memiliki data yang menunjukkan ada sekitar 682 keluarga yang masuk dalam kategori keluarga risk of stunting (KRS). Data ini akan dicek ulang dan jika memang benar masuk dalam kategori KRS, maka akan segera mendapatkan intervensi," kata Menteri Wihaji di kawasan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (31/1/2025).
Intervensi tersebut melibatkan berbagai pihak, termasuk orangtua asuh yang akan memberikan pendampingan dan bantuan bagi keluarga berisiko stunting.
"Kami juga akan bekerja sama dengan Banser dan TPK untuk memberikan dukungan di lapangan. Ini bukan sekadar program pemerintah, tapi gerakan bersama untuk kemaslahatan keluarga dan generasi mendatang," jelasnya.
Selain memberikan bantuan gizi dan edukasi kepada keluarga berisiko, BKKBN juga menekankan pentingnya pendekatan berbasis komunitas.
"Kami ingin memastikan bahwa setiap keluarga memiliki pemahaman yang cukup tentang pola asuh anak, gizi seimbang, serta peran orang tua dalam mencegah stunting. Oleh karena itu, sinergi dengan PBNU dan jaringan organisasinya sangat krusial," ungkap Wihaji.
Lebih lanjut, kerja sama juga mencakup penguatan sosialisasi dan pendampingan bagi calon pengantin serta keluarga muda, agar mereka memiliki kesiapan yang lebih baik dalam membangun keluarga sehat.
"Kita tidak hanya berfokus pada anak yang sudah lahir, tetapi juga pada tahap sebelum kehamilan, agar sejak awal sudah ada pencegahan stunting," tutur Menteri Wihaji.
Dengan upaya kolaboratif ini, pemerintah optimistis angka stunting di Indonesia bisa terus ditekan hingga mencapai target nasional.
"Kami berharap kerja sama ini dapat memberikan dampak nyata, sehingga tidak ada lagi anak-anak Indonesia yang tumbuh dengan keterbatasan akibat stunting. Generasi sehat adalah kunci kemajuan bangsa," pungkasnya.
Sumber: Serambi Indonesia
Program MBG Bisa Cegah Pelajar Jajan Sembarangan dan Konsumsi Makanan Ultra Proses |
![]() |
---|
Upaya Pengentasan Stunting, Staf Khusus Wapres Dorong Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak |
![]() |
---|
KPK: Kasus Dugaan Korupsi Biskuit Stunting untuk Ibu Hamil dan Balita Siap Naik ke Tahap Penyidikan |
![]() |
---|
Perangi Stunting Butuh Kolaborasi: Pemerintah, Swasta, hingga Masyarakat Turun Tangan |
![]() |
---|
Bahaya Laten Cacingan: Anak Mudah Lelah, Sulit Konsentrasi, hingga Stunting |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.