Rabu, 1 Oktober 2025

Esensi Soft Skill bagi Gen Z Hadapi Dunia Kerja Jadi Fokus Bersama, Termasuk DPR & Tanoto Foundation

Simak cara DPR RI Komisi X dan Tanoto Foundation membantu Gen Z yang memiliki tantangan besar dalam memasuki dunia kerja di era saat ini.

|
(ISTIMEWA)
Simak cara DPR RI Komisi X dan Tanoto Foundation membantu Gen Z yang memiliki tantangan besar dalam memasuki dunia kerja di era saat ini. Simak di diskusi Overview Tribunnews. (ISTIMEWA) 

"41 persen milenial dan Gen Z memilih jadi pengangguran dibandingkan tidak bahagia di tempat kerja," (Randstad Workmonitor pada 2022)

TRIBUNNEWS.COM - Pentingnya softskill bagi Generasi Z atau Gen Z yang akan masuk ke dunia kerja memang menjadi urgensi tersendiri, terlebih dengan adanya data yang menyebut bahwa Gen Z yang baru lulus kuliah susah mendapatkan pekerjaan dan sulit menyesuaikan diri dengan dunia kerja.

Menurut laporan terbaru Intelligent, platform konsultasi pendidikan dan karier, banyak perusahaan ragu mempekerjakan Gen Z.

Menyoroti hal ini, dr Gamal Albinsaid, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi X mengatakan soal laporan dari Randstad Workmonitor pada 2022, bahwa 41 persen Gen Z mengatakan lebih memilih jadi pengangguran dibandingkan tidak bahagia di tempat kerja.

"Jika dilihat dari financial aspect, 73 persen Gen Z mengatakan mereka lebih memilih untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik daripada lebih banyak tabungan di bank," ujarnya dalam acara Overview Tribunnews, Kamis (21/11/2024).

Hingga akhirnya lahirlah sebuah pemikiran yang disebut soft saving dalam realitas kehidupan finansial Gen Z saat ini.

Dr Gamal menjelaskan bahwa soft saving adalah sebuah pemikiran berupa 'You Only Live Once' atau YOLO, hal itu berbeda dengan paradigma cara berpikir financial independent yang dimiliki para generasi sebelumnya.

Dan itu, disebut dr Gamal menjadi salah satu masalah yang dihadapi Gen Z hari ini, di mana pada akhirnya dampaknya cukup signifikan.

"Misalkan kita lihat jumlah tingkat pengangguran terbuka itu angkanya masih cukup signifikan, bisa di angka 5 persen lebih, itu salah satu problematika yang kita hadapi saat ini dalam konteks bagaimana bisa memahami tantangan-tantangan Gen Z hari ini," ujarnya lagi.

Bahkan satu laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa 9,9 juta anak muda tidak dalam pekerjaan, training ataupun edukasi.

Akar Permasalahan

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menyoroti akar masalah yang membuat Gen Z tidak siap memasuki dunia kerja bahkan minim soft skill.

Baca juga: Gen Z Dicap Lembek di Dunia Kerja? Ini Kata Pengamat Pendidikan dan Soft Skills yang Harus Disiapkan

Termasuk karena proses pendidikan yang diterapkan di Indonesia saat ini yang akhirnya melahirkan generasi-generasi seperti saat ini.

Dalam penilaian yang dilakukan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam Programme for International Student Assessment (PISA) 2022, skor Indonesia masih rendah.

Termasuk terlihat dalan konteks membaca, skor literasi membaca Indonesia pada 2022 mengalami penurunan bila dibandingkan 2018. 

"Juga dalam konteks growth mindset, jadi ada satu penelitian, mereka bertanya kepada anak-anak muda di Indonesia 'Apakah kalian setuju atau tidak setuju bahwa kecerdasan tidak bisa diubah?' ternyata 71 persen lebih Gen Z itu mengatakan setuju bahwa kecerdasan itu tidak bisa diubah," ujar dr Gamal.

Hal itu pun disebut fix mindset dan menurutnya akan menghantarkan pada sebuah pola pikir intelijen yang statis dan hal itu justru akan menghambat pengembangan diri ke depan.

Langkah DPR RI Komisi X 

Menjawab tantangan besar para Gen Z dalam memasuki dunia kerja, dr Gamal pun menerangkan soal upaya yang dilakukan DPR RI.

"Kami sudah memasukkan di program legislasi nasional (prolegnas) revisi undang-undang (RUU) Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan undang-undang kepemudaan sebagai usulan DPR RI Komisi X," lanjutnya.

Hal tersebut dianggap sangat penting, karena menurut dr Gamal, melalui perbaikan regulasi, menjadi jalan untuk melahirkan sebuah desain pendidikan yang relevan, kompatibel dan tentunya bisa menjawab tantangan anak muda hari ini.

Pihaknya juga mendorong pemimpin-pemimpin pengambil keputusan untuk meletakkan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai sebuah prioritas dan itu diterjemahkan dalam alokasi SDM yang signifikan.

"Kenapa itu penting? karena negara maju itu dari SDM yang unggul dan SDM unggul itu menurut banyak penelitian berdampak pada pertumbuhan dan ketahanan ekonomi sebuah negara," tutup dr Gamal.

Tanoto Foundation Bantu Gen Z Kembangkan Diri Hadapi Dunia Kerja

Urgensi Gen Z dalam menghadapi dunia kerja turut menjadi fokus Tanoto Foundation.

Tanoto Foundation, lembaga filantropi yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada 1981, turut mengambil peran dalan membantu Gen Z mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif. 

Head of Leadership Development and Scholarship (LDS) Tanoto Foundation, Michael Susanto, mengungkapkan kepada Tribunnews langkahnya yakni melalui beasiswa, pelatihan, program magang, dan pengembangan kewirausahaan.

Tanoto Foundation memberikan berbagai kesempatan yang dapat memperkaya pengalaman dan keterampilan para generasi muda. 

Dengan pendekatan yang berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan keterampilan praktis, Michael menyebut, Tanoto Foundation membantu menciptakan generasi Z yang siap menghadapi tantangan dan meraih sukses di dunia kerja.

Program Tanoto Foundation salah satunya berfokus pada pendidikan tinggi, dan dalam hal ini bermitra dengan 10 universitas di Indonesia.

10 universitas mitra tersebut yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Mulawarman (Unmul), Universitas Riau (Unri), dan Universitas Sumatera Utara (USU).

"Kami mulai program beasiswa itu sejak 2006. Kemudian pada tahun 2017 kami lewat adanya survei dari Kemendikbudristek pada waktu itu bahwa banyak lulusan perguruan tinggi itu tidak mendapat pekerjaan secara cepat dan tidak cepat dipromosikan menjadi manajer, tidak menjadi pemimpin sebuah perusahaan," ujarnya lagi.

"Lalu kami bertanya waktu itu apa edukasi yang dapat dilakukan di pendidikan tinggi sehingga mendorong kesuksesan lulusan perguruan tinggi. Kami melakukan studi kurang lebih satu setengah tahun, kami berinteraksi dengan HRD, dengan perusahaan," imbuhnya.

Tanoto Foundation juga berdikusi dengan pemimpin-pemimpin perusahaan, mengumpulkan kompetensi-kompetensi apa yang diperlukan lulusan  pendidikan tinggi untuk bisa direkrut perusahaan.

Termasuk berdiskusi dengan banyak peneliti pendidikan tinggi.

"Akhirnya kami menyimpulkan bahwa jika di pendidikan tinggi seringkali kita hanya belajar technical skill atau hard skill ternyata soft skill-lah yang diperlukan," lanjut Michael.

Di mana keahlian-keahlian seperti berkomunikasi, memimpin orang lain, hingga bagaimana seorang anak muda menjadi bagian dari tim dan berkolaborasi, hal itu yang dianggap menjadi kebutuhan esensial.

Dari situlah akhirnya Tanoto Foundation mengembangkan program beasiswa kepemimpinan, tidak hanya beasiswa saja, namun mahasiswa diberikan akses untuk berlatih kepemimpinan yang berfokus pada soft skill.

"Kami meluncurkannya pada tahun 2019 program bersama bernama transformasi edukasi untuk melahirkan pemimpin masa depan (TELADAN)," lanjutnya.

Lewat program TELADAN, Tanoto merekrut mahasiswa-mahasiswi tingkat S1 di perguruan tinggi mitra mereka.

Para mahasiswa ini akan mendaftar sejak semester 1, apabila mereka diterima mereka akan mengikuti program nantinya di semester 2 hingga semester 8.

Dikatakan Michael, setiap tahun ada 8.000 hingga 9.000 mahasiswa yang mendaftar program beasiswa TELADAN, di mana akan diterima sekitar 250 mahasiswa dari berbagai latar sosial ekonomi.

"Dan pada akhirnya fokus utamanya yakni mendorong menciptakan lulusan perguruan tinggi unggul siap menghadapi dinamika dunia kerja, serta mencetak generasi muda yang bertanggung jawab dan menjadi pemimpin masa depan Indonesia," tutupnya.

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Gilang Putranto)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved