Kamis, 2 Oktober 2025

Bubarnya Jamaah Islamiyah

Abu Fatih: JI Bubar, Kami Islah, dan Minta Maaf

Tokoh senior kelompok Jamaah Islamiyah atau JI, Ustaz Abu Fatih menyatakan kelompoknya telah islah dengan aparat keamanan, pemerintah dan negara RI.

|
Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga
Sejumlah tokoh berbicara mengenai kelompok Al Jamaah Al Islamiyah atau Jamaah Islamiyah atau JI yang bubar atau membubarkan diri serta memutuskan islah dengan aparat keamanan, pemerintah dan negara Republik Indonesia. 

Pertemuan berlangsung tertutup sekira 11,5 jam di sebuah rumah makan di pinggiran barat Kota Solo.

Sebagian tokoh eks JI yang hadir di Deklarasi Sentul, juga tampak mengikuti dalam pertemuan ini.

Mulai Ustad Abu Fatih (Karanganyar), Ustad Arif Siswanto (Sukoharjo), Ustad Imtihan (Magetan), Ustad Mustaqim dan Ustad Qasdi Ridwanulloh dari Ponpes Darusy Syahadah Simo Boyolali.

Halaman depan Ponpes Darusy Syahadah Simo Boyolali
Halaman depan Ponpes Darusy Syahadah Simo Boyolali (Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)

Pada pertemuan itu, Prof Dr Waryono menyampaikan sejumlah pokok pikiran yang didiskusikan secara terbuka bersama mantan-mantan pengurus dan tokoh-tokoh JI.

Menurut sumber yang ikut dalam pertemuan, isi pembicaraan di antaranya mengenai diskursus jihad, kajian fiqh, dan tentang pengelolaan pesantren.

Menurut Waryono, kajian fiqh seharusnya sesuai kebutuhan masyarakat, dalam konteks Indonesia, agama yang menyertakan pemaksaan terhadap tafsir agama adalah tidak bisa diterima.

Selanjutnya, Pof Dr Waryono mengingatkan pendidikan di pesantren harusnya ber-DNA Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Karena itu, Kementerian Agama RI akan bersama-sama membantu evaluasi kurikulum pesantren eks JI.

Periode baru setelah JI bubar ini, menurut Waryono, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, terutama peluang-peluang beasiswa santri untuk mendapatkan Pendidikan tinggi yang dimaui.

Begitu pula dana-dana pendidikan lain yang dikelola Kementerian Agama, pada waktunya bisa juga dinikmati pesantren-pesantren afiliasi JI di masa lalu.

Tentu didahului dan dipastikan lewat evaluasi dan perbaikan kurikulum. Ditemui sesudah pertemuan, Prof Dr Waryono terlihat sangat gembira dan antusias.

Waryono menyebutkan, pertemuannya dengan tokoh-tokoh eks JI di Solo sekaligus langkah awal memastikan keputusan itu bukan gimmick atau pura-pura.

"Pertemuan ini akan dilanjutkan pertemuan-pertemuan berikutnya. Pemerintah tentu akan menindaklanjuti, antara lain terkait kurikulum pendidikan pesantren eks JI," kata Waryono.

"Salah satu yang segera kita cek adalah kurikulumnya. Perilaku orang itu dipengaruhi bacaannya. Karena itu pembenahan kurikulum adalah keniscayaan," kata guru besar di UIN Sunan Kalijaga ini.

Direktur Pendidikan Madrasah Kemenag RI, Dr M Sidiq menyambut gembira dan mengucapkan selamat datang ke pangkuan NKRI kepada para tokoh dan anggota eks JI.

Pusdiklat Kemenag RI terbuka jika para pengelola pesantren eks JI ingin belajar dan mendapatkan pendampingan kurikulum baru, termasuk disiapkan jadi fasilitator kurikulum.

Sementara Gus Najih dari MUI Pusat yang juga hadir menekankan, kekerasan yang paling merusak Islam adalah kekerasan yang dilakukan oleh orang Islam sendiri.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved