Lukman Hakim Ingatkan Pelaku UMKM Ultra Mikro Jangan Tinggalkan Etika dalam Berbisnis
Juru Bicara Aktivis 98, Lukman Hakim Pilliang (Lukman) bersama Rumah Bersama Pelayan Rakyat (RBPR) Jakarta menggelar Program Relawan Menjemput UMKM.
Hasiolan EP/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Aktivis 98, Lukman Hakim Pilliang (Lukman) bersama Rumah Bersama Pelayan Rakyat (RBPR) Jakarta menggelar Program Relawan Menjemput UMKM di Pisangan Baru Timur, Matraman, Jakarta Timur, Minggu (21/1/2024).
Kegiatan itu diisi oleh dialog penguatan dan bimbingan pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Dalam kesempatan tersebut, sekitar 500 orang didominasi ibu-ibu pelaku usaha menekankan pentingnya etika dalam usaha mikro sesuai dengan perilaku berusaha Rasullulah Shalallahu Alaihi Wassalam.
“Ibu-Ibu, junjungan kita Rasullulah Shalallahu Alaihi Wassalam sama dengan kita memulai usaha dari kecil. Namun, beliau memberikan pelajaran penting etika, nilai-nilai kebenaran dalam bertindak dan berperilaku dalam berusaha. Tanpa nilai-nilai ini kita akan kehilangan kemanusiaan, menghalalkan segala cara, menghancurkan, merugikan orang lain demi keuntungan pribadi, hal yang tidak ingin kita lakukan sebagai manusia," ujarnya.
Lukman, memberikan penguatan bahwasannya kegiatan berusaha tidak serta merta mencari keuntungan.
Namun, perlu memegang prinsip professional, jujur, setia, dan handal. Prinsip seperti ini yang diajarkan Rasullulah Shalallahu Alaihi Wassalam .
"Dan prinsip ini semakin pudar. Keuntungan adalah hal yang baik kita dapatkan dari menjalankan bisnis yang beretika. Bukan sebaliknya, kita menjadikan keuntungan sebagai pondasi dalam berbisnis," kata dia.
“NIB memang penting untuk kepastian berusaha. Meski demikian prinsip nilai Rasullulah SAW dalam berbisnis seperti professional, jujur, setia dan handal perlu menjadi dasar kita untuk berusaha. Keuntungan yang kita dapat adalah buah dari menjalankan prinsip etika bisnis. Bukan sebaliknya, menjadikan keuntungan sebagai pondasi dalam berbisnis” ujarnya.
Lukman, yang juga dosen di salah satu perguruan tinggi Jakarta mengingatkan meskipun dianggap kecil dan dipandang sebelah mata, namun, data menunjukkan usaha mikro lah yang terbesar dan sanggup berdiri diterpaan tumbangnya pelaku bisnis besar saat Covid-19.
Meski demikian, kita perlu tekankan kembali bahwa kita adalah pengusaha yang beretika.
Baca juga: Cerita Pelaku UMKM Kopi Modal Rp500 Ribu Bisa Raup Omzet Rp 50 Juta per Bulan
"Benar, kita dapat memulai usaha dengan modal Rp 50 ribu atau Rp 100 ribu, itu tidaklah kecil jika jumlah kita saat ini hampir menyentuh 64 juta jiwa lebih, dan terbukti kitalah yang sanggup berdiri di saat Covid 19, bukan dari 5 persen pengusaha yang besar. Terbukti juga kita memiliki etika kuat dalam berbisnis, membantu tetangga, saudara hingga kerabat yang tidak kita kenal sama sekali agar mendapatkan makanan-minuman disaat keterbatasan ruang gerak. Etika ini menuntun kita untuk bergerak berusaha, demi kemaslahatan bersama,“ ujarnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Aktivis 98
Lukman Hakim Pilliang
UMKM
Nomor Induk Berusaha (NIB)
SDG08-Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Siti Mukaromah: PLUT Berperan Vital Bantu UMKM Naik Kelas, Jadi Solusi Kurangi Pengangguran |
![]() |
---|
Cak Imin Minta Pekerja UMKM Juga Dapat Diskon 50 Persen Iuran BPJS Ketenagakerjaan |
![]() |
---|
HIPMI Jakarta Utara Lantik Pengurus Baru, Ini Program yang Akan Dijalankan di 2025-2028 |
![]() |
---|
DPD RI Soroti Pentingnya Peran Daerah dan UMKM dalam Stimulus Ekonomi 8+4+5 |
![]() |
---|
Pertamina Perkuat Ekosistem Wirausaha, Dukung Ekspor Perdana UMKM Kebumen Tembus ke Pasar AS |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.