Jumat, 3 Oktober 2025

Dugaan Korupsi di BAKTI Kominfo

Ahli di Sidang BTS Kominfo: Ulah Koruptor Cairkan 100 Persen Anggaran Proyek Bikin Rugi Negara

Meski ada Permenkeu Nomor 184 Nomor 2021, Siswo menilai bahwa pencairan anggaran 100 persen tetap tak dapat dilakukan sebelum pekerjaan rampung

Penulis: Ashri Fadilla
Editor: Eko Sutriyanto
Tribunnews/JEPRIMA
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Ario Bimo Nandito Ariotedjo atau Dito Ariotedjo berjabat tangan dengan mantan menteri komunikasi dan informatika Indonesia Johnny Gerard Plate usai mengikuti sidang perkara korupsi BTS Kominfo di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Rabu (11/10/2023). Diketahui sebelumnya, jaksa mengajukan pemanggilan saksi tambahan, yakni Dito Ariotedjo, dalam sidang kasus dugaan korupsi BTS 4G Kominfo. Karena diduga Menpora Dito Ariotedjo menerima uang Rp 27 miliar yang diungkap komisaris PT Solitech Media Sinergy Irwan Hermawan saat menjadi saksi mahkota di kasus korupsi BTS Kominfo. Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ashri Fadilla

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Negara disebut-sebut merugi akibat ulah para terdakwa korupsi tower BTS 4G BAKTI Kominfo yang berupaya mencairkan 100 persen anggaran sebelum proyek rampung.

Sebabnya, terdapat anggaran yang tak seharusnya digelontorkan negara.

Mestinya, negara membayarkan sesuai dengan progres proyek yang dikerjakan.

Tapi dengan adanya manipulasi progres pekerjaan, negara pun membayarkan 100 persen.

"Karena dengan rekayasa, terjadilah pembayaran 100 persen. Maka ada uang yang seharusnya tidak keluar pada saat itu. Nah di situlah terjadi sebuah kerugian," kata Direktur Pusat Kajian Keuangan Negara, Siswo Sujanto dalam sidang lanjutan kasus dugaan korupsi pengadaan tower BTS Kominfo di Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (12/10/2023).

Meski sudah ada Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) Nomor 184 Nomor 2021, Siswo menilai bahwa pencairan anggaran 100 persen tetap tak dapat dilakukan sebelum pekerjaan rampung.

Baca juga: Ahli LKPP: Tender Proyek BTS Kominfo Curang, Syaratkan Konsorsium Serahkan Commitment Fee

Yang ada, para rekanan diberi kesempatan menyelesaikan pekerjaannya dalam jangka waktu 50 hari.

Kesempatan itu pun hanya diberikan pada kondisi luar biasa, termasuk pandemi yang saat itu menjadi latar belakang terbitnya Permenkeu tersebut.

Sementara pada kondisi normal, para rekanan diberi kesempatan 50 hari untuk menyelesaikan pekerjaan, namun mesti membayar denda keterlambatan.

"Buat kasih nafas, 'Lu kerjakan, gua kasih kesempatan 50 hari untuk menyelesaikan pekerjaan, tapi kamu harus membayar denda keterlambatan,'" ujar Siswo.

Upaya pencairan 100 persen anggaan proyek ini sebelumya telah terungkap dalam dakwaan.

Bahkan upaya tersebut telah direncanakan sejak proses pemilihan pemenang tender.

"ANANG ACHMAD LATIF bersama-sama dengan GALUMBANG MENAK
SIMANJUTAK dan IRWAN HERMAWAN menentukan tahap PQ (Prakualifikasi) dalam proyek BTS 4G pada BAKTI KOMINFO. Dalam proses Pemilihan Pemenang (pemilihan pelaksanaan pekerjaan) selanjutnya ditetapkan: ...Pembayaran dilakukan 100 persen meskipun pekerjaan tidak selesai," sebagaimana termaktub dalam dokumen dakwaan.

Dalam perkara korupsi tower BTS ini, sudah ada enam orang yang dimeja hijaukan, yakni: eks Menkominfo, Johnny G Plate; eks Dirut BAKTI Kominfo, Anang Achmad Latif; Tenaga Ahli HUDEV UI, Yohan Suryanto; Komisaris PT Solitech Media Sinergy, Irwan Hermawan; Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia, Galumbang Menak Simanjuntak; dan Account Director of Integrated Account Departement PT Huawei Tech Investment, Mukti Ali.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved