Senin, 6 Oktober 2025

Polisi Tembak Polisi

Romo Magnis di Persidangan Bharada E: Di Polri Suka Sekali Pakai Istilah Laksanakan Saat Diperintah

Pertimbangan di tubuh Polri berbeda karena memiliki kapasitas untuk melakukan kekerasan sesuai dengan Undang-Undang.

Capture Kompas.TV
Ahli Filsafat Moral Romo Frans Magnis-Suseno (kanan) saat dihadirkan sebagai ahli meringankan di persidangan atas terdakwa Richard Eliezer Pudihang alias Bharada E, di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Senin (26/12/2022). 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahli Filsafat Moral Romo Frans Magnis-Suseno menyebut kalau kebiasaan masyarakat di Indonesia kerap kali menggunakan istilah laksanakan atau siap saat mendapat perintah.

Bahkan budaya tersebut juga dipatenkan di aparat penegak hukum dalam hal ini di tubuh Polri.

Akan tetapi ada perbedaan atensi atas kalimat laksanakan di masyarakat dengan di Polri.

Meski, kata dia, perintah tersebut belum tentu tepat atau tidak untuk dilaksanakan.

Hal itu diungkapkan oleh Romo Magnis saat dihadirkan sebagai saksi ahli oleh kuasa hukum terdakwa Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E dalam sidang lanjutan tewasnya Brigadir J, di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan.

"Kita di indonesia sering suka pakai istilah ‘laksanakan!’. Laksanakan you anggap tepat atau tidak. Atau istilahnya siap," kata Magnis dalam persidangan, Senin (26/12/2022).

Baca juga: Franz Magnis Suseno Ungkap Dua Hal yang Menurutnya Bisa Ringankan Hukuman Bharada E

Namun, kata Romo Magnis, pertimbangan di tubuh Polri berbeda karena memiliki kapasitas untuk melakukan kekerasan sesuai dengan Undang-Undang.

Bahkan, kata dia, perintah untuk menembak juga kerap kali dijawab 'siap dan laksanakan' dalam anggota Polri.

"Nah tambah pertimbangan begini, polisi adalah satu-satunya lembaga dalam masyarakat yang berhak melakukan kekerasan seperlunya, kadang-kadang sampai menembak," kata dia.

Lebih lanjut, Romo Magnis membeberkan kategori seseorang yang merasa bersalah setelah melaksanakan perintah tersebut.

Kata dia, cirinya yakni menyesal dan merasa kebingungan atas apa yang telah dilakukan.

"Tetapi kalau  dia bingung karena berada di bawah pressure waktu. Jadi bukannya dia disuruh atasannya melakukan sesuatu yang tidak benar tetapi 'sekarang juga lakukan!' Itu perintah yang amat sulit secara psikologis dilawan," kata dia.

Sulit Dilawan

Romo Frans Magnis juga menyebut perintah Ferdy Sambo untuk menembak Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J sangat sulit dilawan Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu alias Bharada E.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved