Sabtu, 4 Oktober 2025

KTT G20 Bali Diharapkan Turut Gelorakan Semangat Dasasila Bandung dan Pemikiran Bung Karno

Seruan agar dilakukan pembaruan struktur dunia yang tidak adil, bergema di ajang “Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective'

Tribunnews.com/ Fransiskus Adhiyuda
(Dari kiri ke kanan) Mantan Menko Perekonomian asal Ekuador Prof Pedro Nel Páez Pérez, Akademisi asal Indonesia, Connie Rahakundini, Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto dan akademisi asal Brasil Beatriz Bissio di sela-sela acara “Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective', di Surabaya, Jumat (11/11/2022). 

Akademisi asal Indonesia, Connie Rahakundini, mengatakan solidaritas Asia, Afrika, Gerakan Non Blok, Russia, dan Latin, perlu diperkuat.

Sebab solidaritas inilah yang akan menghadapi kekuatan superpower dunia yang dilatarbelakangi kapitalisme yang hegemonik serta unipolarisme.

Connie menilai perlunya penghapusan pangkalan militer di tiga kontinen serta penghapusan pakta militer.

“Penting untuk mewujudkan impian Soekarno tahun 1965, yang tertuang dalam Dasa Sila Bandung bahwa pakta-pakta pertahanan di muka bumi harus dihapuskan. Dengan bagaimana pun caranya kita harus mengarah ke sana,” kata Connie.

Connie juga mengatakan saat ini ancaman nuklir tak seberapa bahayanya dibanding bahaya bom nuklir. Yakni dalam bentuk propaganda palsu menggunakan teknologi komunikasi dan kekuatan cyber maupun air space.

Connie mengatakan semangat GNB harus menjadi dasar bagi merja sama diantara negara-negara anggotanya. Perencanaan ekonomi harus dibangun bersama untuk memprioritaskan kepentingan negara GNB, demi meminimalkan hubungan ekonomi dengan negara Barat.

Baca juga: ANRI Gelar Konferensi Internasional Bandung-Belgrade-Havana, Hadirkan Kembali Semangat KAA 1955

“Pembangunan bangsa-bangsa Gerakan Non Blok harus difokuskan pada pencapaian kesetaraan dan keadilan sosial, demi keadilan,” tegas Connie.

Doktor Ilmu Pertahanan yang juga Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengatakan selama kapitalisme bekerja dalam sistem internasional, maka akan terus terjadi kekacauan.

Maka sangat diperlukan penggalian kembali konstruksi tata dunia baru yang bebas dari penjajahan, kolonialisme, dan imperialisme.

“Tata dunia baru yang menunjukkan suatu kerjasama dan keberpihakan pada kesetaraan global. Berpihak pada keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal,” tegas Hasto.

Acara Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective merupakan napak tilas KAA 1955.

Para peneliti yang diajak dalam program ini antara lain ialah Annamaria Artner (Hungaria), Connie Rahakundini Bakrie (Indonesia), Isaac Bazie (Burkina Faso/Canada), Beatriz Bissio (Brasil/Uruguay), Marzia Casolari (Italia), Gracjan Cimek (Poland), Bruno Drweski (Prancis/Polandia), Hilman Farid (Indonesia), Darwis Khudori (Indonesia/Prancis), Seema Mehra Parihar (India), Jean-Jacques Ngor Sene (Senegal/USA), Istvan Tarrosy (Hungaria), Rityusha Mani Tiwary (India), Nisar Ul Haq (India).

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved