MAKI Bongkar Fenomena Transaksional di Masyarakat, Sering Kali Pencalonan Habiskan Dana Miliaran
Fenomena transaksional ini, menurut Boyamin, sudah mengakar di masyarakat, maka kalau ada yang membawa uang harus dikasih upah
Bandar atau petaruh ini biasanya diam dulu, mengamati permainan, barulah beraksi.
"Meski semua orang memilih orang yang berpotensi jadi, (petaruh) ini nanti akan menggalang (dana) untuk calon yang kira-kira posisi kedua (tidak menang), dia dipacu sehingga bertaruh dimana-mana untuk menjadi nomor satu."
"Bandar atau petaruh ini biasanya diam dulu, baru kemudian nyaplok (memangsa), disitulah permainannya bandar-bandar yang kira-kira bermain di Jawa Timur dan Jawa Tengah."
"Di Patura seperti itu dan berkembang di wilayah selatan, kalau bicara wilayah Jawa ini," kata Boyamin.
Dalam teknisnya, para bandar biasanya bergerak dengan bantuan para kader yang memastikan masyarakat memilih calon yang digajokan si bandar.
"Dan bahkan ada yang pakai magic juga, duitnya (serangan fajar) ini sudah dibawa ke gunung kalau ada yang menipu (dan tidak memilih yang memberikan uang) nanti sakit perut hingga akhirnya meninggal, ada yang sampai begitu."
"Jadi jangan dikira tidak secanggih itu, jangan dikira masyarakat sudah terima uang lalu tetap milihnya sesuai hati nurani," ujar Boyamin.
Apabila calon yang dijagokan jadi, maka selanjutnya mereka akan menitipkan proyek-proyek mereka ke dinas-dinas.
"Kalau calon yang dijadikan jadi, pasti selanjutnya akan menitipkan proyek-proyek mereka ke dinas-dinas."
"Nilainya dibuat tinggi, uangnya dibagi-bagi dan spefikasi (bahan yang digunakan) jatuh," jelas Boyamin.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)