Kenang Brigadir J, Samuel Hutabarat: Kalau Sehari Tak Telepon Mamaknya, Kurasa Enggak Bisa Tidur Dia
Samuel Hutabarat tahu betul karakter Brigadir Yosua atau Brigadir J, anaknya. Menurut dia, Yosua anak yang polis, penurut, dan penyayang.
TRIBUNNEWS.COM - Sebagai ayah, Samuel Hutabarat tahu betul karakter Brigadir Yosua atau Brigadir J, anaknya.
Menurut dia, almarhum adalah anak yang polos, penurut, dan sayang terhadap keluarga.
"Empat anak kita, dua laki-laki-laki, dua perempuan. Di antara empat orang ini, bukan lantaran dia sudah almarhum, inilah anak yang paling polos, yang paling penurut," kata Samuel dalam sebuah acara refleksi yang ditayangkan oleh channel Youtube Bonapasogit Studio.
Sifat penurut Brigadir J sudah terlihat sejak duduk di bangku sekolah dasar.
Baca juga: Polri Tanggapi soal Dugaan Keterlibatan Kakak Asuh Ferdy Sambo di Kasus Kematian Brigadir J
"Sampai SMA, dia menurut sama mamaknya. Sampai masuk polisi pun dia sangat sayang sama mamaknya, kami semua, apalagi sama adik-adiknya."
"Waktu dia di Jakarta, kalau tidak diteleponnya mamaknya sekali sehari, kurasa enggak bisa tidur (dia)," lanjut Samuel.
Makanya, saat mendengar Brigadir J tewas dalam baku tembak di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo, yang saat itu menjabat Kadiv Propam Polri, Samuel sama sekali tak percaya.
"Anak kami semasa hidupnya sangat penurut, sangat penyayang, kami berkeyakinan bahwa saat kejadian tidak terjadi tembak-menembak. pasti ditembak," ucap Samuel.
Samuel juga meyakini bahwa tudingan pelecehan terhadap Putri Candrawathi, istri ferdy Sambo, yang dialamatkan pada Brigadir J anaknya adalah fitnah.
Sebab, menurut Samuel, sejak duduk di bangku SMA di Sungai Bahar, Jambi, anaknya sama sekali tak punya waktu untuk terjebak pergaulan bebas.
Kegiatan Brigadir J kala itu pun sangat padat. Khususnya di bidang kerohanian dan olahraga.
Saat melihat kondisi jenazah dan adanya kecurigaan bahwa anaknya meninggal dunia secara tidak wajar, Samuel bingung mengadu kepada siapa.
Ia merasa tidak sanggup apabila harus ke Jakarta untuk menindaklajuti ketidakwajaran tersebut. Ada perasaan putus asa dalam benaknya.
Baca juga: IPW Sebut Ferdy Sambo Bisa Bebas Demi Hukum dari Tahanan, Ini Alasannya
"Memang ada waktu itu satu orang wartawan (bilang), apakah bapak tidak memproses kematian anak bapak ini. Saya bilang, bagaimana saya mau cari pengacara, keadaan saya pun begini, apalagi pengacara tingkat nasional di Jakarta, tidak mungkin, enggak sanggup saya, jadi bagaimana persoalan ini."
"Memang di benak saya sudah berpikir ke manalah saya mengadu, satu-satunya nanti ke LBH-lah saya saya bilang dalam hati saya. Tapi cuma saya jawablah seorang wartawan itu, bang saya yakin kalau sudah Tuhan yang bekerja, tidak ada yang sanggup untuk menghalanginya. Siapa pun dia, apapun pangkat dia, tidak ada yang bisa menyangkal itu semua," ucap Samuel.
Tempo dua hari, Kamaruddin Simanjuntak muncul dan menawarkan diri sebagai pengacara keluarga untuk menangani kasus pembunuhan Brigadir J.

"Dikirim Tuhanlah pengacara kita sekaligus hula-hula kami, Kamaruddin Simanjuntak, itulah sampai sekarang," ucap Samuel.
Sejak kemunculan Kamaruddin, kasus pembunuhan Brigadir J mengalami kemajuan luar biasa.
Polisi telah menetapkan lima tersangka, yakni Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bharada E, Bripka RR, dan Kuat Maruf.
Bahkan puluhan polisi yang terlibat obstruction of justice menghadapi sidang etik. Beberapa di antaranya diberhentikan secara tidak hormat, termasuk Ferdy Sambo.
Tangisan Rosti
Tak hanya Samuel Hutabarat yang bercerita, Rosti Simanjuntak, ibunda Brigadir J, turut bersuara.
Dalam undangan wawancara di sebuah kafe di Jambi, Rosti Simanjuntak berurai air mata saat diminta bercerita soal sosok almarhum Yosua.

Memulai cerita, Rosti Simanjuntak menyebut Yosua adalah titipan Tuhan yang paling berharga dalam hidupnya.
"Semenjak kecil, memang anak ini dititipkan Tuhan, merupakan harta yang berharga di keluarga kami, terlebih saya ibunya yang sudah melahirkan, membesarkan, mandiri mengajarinya," ungkap Rosti Simanjuntak.
Setali tiga uang dengan sang suami, Rosti mengakui bahwa Yosua adalah anaknya yang paling penurut.
Dalam keadaan apapun, Yosua tidak pernah mengeluh atau membantah ucapan sang ibu.
Karenanya saat mendengar Yosua telah tiada, hati Rosti hancur berantakan.
"Kalaupun diceritakan, sangat berat, mungkin kalau saya ceritakan, antara percaya enggak percaya. Apapun penderitaannya, dia ( Yosua) menerima dan tidak pernah berkata apapun saking penurutnya, dan patuhnya, itu kelebihan di antara mereka berempat," kata Rosti Simanjuntak.
Mengenang sosok Brigadir J, Rosti menyebut putranya bisa mengerjakan semua pekerjaan.
Tak hanya itu, almarhum Yosua juga diakui Rosti Simanjuntak adalah anak yang peka.
"Dia dari kecil diberi Tuhan suatu feeling, instingnya luar biasa, yang bisa mengerti kondisi mamanya, bahkan kakak dan adiknya," akui Rosti Simanjuntak.
Lantaran hal tersebut, Rosti sangatlah dekat dengan Yosua.
Semasa hidupnya, Yosua selalu menelepon Rosti Simanjuntak setiap hari.
Dalam obrolannya, Rosti selalu memberikan nasihat agar Yosua jadi sosok baik hati dan bisa memegang kepercayaan.
"Saya bertanya setiap hari dan memberikan saran kepada dia, agar dia melakukan yang baik. Tidak boleh berlaku walaupun kita sudah dikasih orang kepercayaan, kita jangan sampai membuat orang tidak percaya. Saran itu, itulah yang diingatnya, anak ini sangat patuh dan penurut," pungkas Rosti Simanjuntak.
Mengenang kematian sang putra kesayangan, Rosti Simanjuntak meminta doa kepada khalayak.
Hari ini, Selasa (23/8/2022) Brigadir J diwisuda dari Universitas Terbuka. Diwakili sang ayah, Samuel Hutabarat, sederet prestasi Brigadir J selama kuliah terbongkar (kolase Tribun Jambi)
Sadar kasus anaknya mulai meredup, Rosti Simanjuntak meminta publik untuk mengawal kasus kematian Yosua.
"Mohon bantu kami, bapak ibu, untuk mengungkap kasus ini, agar kasus ini terungkap dengan kebenaran dan keadilan dari Tuhan, dengan bantuan bapak dan saudara semua," pinta Rosti Simanjuntak.
Terkait kasus sang putra, Sameul Hutabarat turut geram.
Terlebih pembunuh utama Yosua, Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi bak tak ingin mengakui perbuatan kejinya.
Seperti diketahui, pihak Putri Candrawathi dan Ferdy Sambo terus menggaungkan isu pelecehan seksual di balik kematian Brigadir J.
"Anak kita sudah meninggal dunia, yang pertama, sudah difitnah, yang di Duren Tiga, ini lagi di Magelang difitnah lagi. Sudah mati, difitnah lagi. Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan," kata Samuel Hutabarat.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Kasus Brigadir J Mulai Redup Usai 3,5 Bulan Berlalu, Tangis Ibunda Yosua Pecah Minta Bantuan Publik