Senin, 6 Oktober 2025

Pranata Humas Muda Kementan: Bergeraklah Untuk Kejayaan Pertanian Indonesia!

Pertanian dibawah nakhoda Mentan SYL telah memasuki fase baru yaitu pertanian maju, mandiri dan modern.

Editor: Content Writer
Kementan
Hadirnya sektor pertanian membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil mengendalikan masalah wabah corona. 

TRIBUNNEWS.COM - Usaha tak akan membohongi hasil. Begitulah Kira-kira kata yang pas bagi tumbuh kembangnya sektor pertanian saat ini. Perlahan tapi pasti, semangat pemerintah dalam menggelorakan pentingnya pangan bagi kehidupan manusia tidaklah sia-sia hingga Indonesia terbukti mampu mewujudkan swasembada.

"Tiga tahun sudah pemerintah tidak mengimpor beras. Tiga tahun Indonesia mampu bertahan dari berbagai gejolak ekonomi dunia, termasuk trubulensi wabah Covid 19. Padahal, Indonesia sebelumnya impor beras mencapai 2 juta ton per tahun. Belum lagi impor kebutuhan lain seperti jagung khusus pakan. Sekarang tak ada lagi impor. Semua bisa diwujudkan melalui implementasi program yang terukur," sebut Ardiansyah, pranata humas muda yang merupakan bagian dari sub kelompok komunikasi dan pemberitaan media elektronik Kementerian Pertanian (Kementan) 

"Sektor pertanian hadir sebagai penyelamat ekonomi. Kita ingat jutaan orang disaat kena PHK kemudian beralih berbondong-bondong kembali ke desa. Di sana mereka bertani, berkebun dan mengolah lahan mengoptimalkan potensi ekonomi desa berbasis pertanian. Semua bergerak sehingga ekonomi tetap stabil," lanjutnya.

Tak bisa dipungkiri, hadirnya sektor pertanian membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil mengendalikan masalah wabah corona. Ekonomi tumbuh positif di angka 5,44 persen pada kuartal kedua tahun 2022. Begitu juga dengan neraca perdagangan yang surplus selama 27 bulan berturut-turut, dan di semester satu tahun 2022 mencapai Rp 364 triliun.

Di sisi lain, Inflasi juga berhasil dikendalikan hingga 4,9 persen. Angka ini jauh dibawah rata-rata inflasi ASEAN yang berada di angka 7 persen, juga jauh di bawah negara-negara maju lainya yang berada di angka 9 persen, bahkan sampai pertengahan tahun 2022 ini APBN juga surplus 106 triliun rupiah.

"Kita mesti ingat, ada sekitar 107 negara yang terdampak krisis. Bahkan sebagian di antaranya diperkirakan jatuh bangkrut. Ada juga 553 juta jiwa yang terancam kemiskinan ekstrem dan 345 juta jiwa terancam kekurangan pangan akut dan kelaparan. Ujian ini tidak mudah bagi dunia dan juga tidak mudah bagi Indonesia. Semua harus bersama dengan penuh kewaspadaan," jelas Ardiansyah.

Di saat perekonomian dunia belum sepenuhnya bangkit, tiba-tiba meletus perang di Ukraina sehingga menyebabkan krisis pangan. Namun di tengah tantangan yang berat itu, menurut Ardiansyah, kita patut bersyukur karena Indonesia termasuk negara yang mampu menghadapinya dan salah satu yang turut menjalin peta damai dari pertikaian keduanya.

"Alhamdulillah, Indonesia baru saja memperoleh penghargaan dari International Rice Research Institute yang disaksikan oleh FAO, karena kita dinilai mampu mencapai sistem ketahanan pangan dan swasembada beras sejak tahun 2019," tuturnya.

Capaian tersebut, menurutnya, merupakan bukti bahwa pertanian adalah masa depan Indonesia.

"Kita tidak boleh abai apalagi lalai terhadap kondisi dan perkembangan pangan nasional. Semua harus diurus dan menjadi perhatian kita bersama," tegasnya.

Kementerian Pertanian (Kementan) dibawah komando Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) telah mereformasi sektor pertanian dari hulu sampai hilir. Pertanian dibawah nakhoda Mentan SYL telah memasuki fase baru yaitu pertanian maju, mandiri dan modern.

Ekspor pertanian sendiri tumbuh di atas 15 persen, sedangkan impornya turun hingga 10 persen. Produktivitas tanaman pangan naik bahkan juga surplus. Nilai Tukar Petani (NTP) naik di atas 100. Berdasarkan data tersebut, nilai kesejahteraan petani juga naik tinggi.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini merilis survei cadangan beras nasional (SCBN) 2022. Survei ini meliputi penghitungan ketersediaan cadangan beras di tingkat rumah tangga, penggilingan, pedagang beras, bulog, horeka, industri dan pengolahan.

Berdasakan hasil survei, stok beras nasional periode 31 Maret 2022 mencapai 9,11 juta ton beras. Kemudian pada 30 April 2022 meningkat 10,15 juta ton dan stok pada bulan Juni 2022 menjadi 9,71 juta ton. Adapun stok beras pada bulan Juni 2022 sebagian besar berada di institusi rumah tangga yang mencapai 6,6 juta ton, kemudian di pedagang 1,04 juta ton, BULOG 1,11 juta ton, penggilingan 0,69 juta ton dan di Horeka maupun industri sebesar 0,28 juta ton.

Secara umum, rata-rata stok beras di seluruh institusi cenderung mengalami peningkatan pada periode 30 April 2022 dibandingkan periode 31 Maret 2022.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved