Pilpres 2024
Industri Survei Menjamur Jelang Pilpres, Asosiasi Diminta Turun Gunung
Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute Karyono Wibowo mengaku tak heran dengan menjamurnya lembaga survei akhir ini
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belakangan ini semakin banyak lembaga survei yang merilis hasil survei terkait tokoh-tokoh untuk pemilihan presiden 2024.
Hasil survei sejumlah lembaga nyaris ada perbedaan dari elektabilitas masing-masing tokoh yang sangat mencolok.
Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute Karyono Wibowo mengaku tidak heran dengan menjamurnya lembaga survei akhir-akhir ini.
Sebab, ini sudah memasuki musim pemilihan umum, di mana setiap musim pemilu selalu muncul lembaga survei dadakan.
"Hal ini disebabkan karena semakin terbukanya kebebasan berpendapat yang memberikan ruang bagi siapa saja untuk melakukan survei," kata Karyono dalam pesan singkat kepada Tribunnews, Rabu (16/3/2022).
Baca juga: AHY: Wacana Penundaan Pemilu Pemufakatan Jahat untuk Langgengkan Kekuasaan
Baca juga: Soal Penundaan Pemilu, PKB: Kalau Tak Ada Kehendak Kuat Rakyat Tidak Mungkin Dilaksanakan
Namun, Karyono menyayangkan terjadinya karut marut hasil survei belakangan ini, yang menurutnya disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, kata dia, terjadinya simbiosis mutualisme antara aktor-aktor politik dengan lembaga survei yang saling menguntungkan.
Kedua, iklim kompetisi politik yang semakin terbuka (liberal) menciptakan peluang industri baru lembaga survei yang juga saling berkompetisi.
Kemudian yang ketiga, adanya keyakinan aktor politik bahwa hasil survei bisa mempengaruhi opini publik dan preferensi pemilih.
"Padahal, hasil survei perilaku pemilih membuktikan bahwa hasil survei elektabilitas yang dipublikasikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pilihan masyarakat terhadap kandidat. Justru yang berpengaruh signifikan yakni faktor kebribadian (personality), rekam jejak positif, success story, kapabilitas, kompetensi, dan lain sebagainya," paparnya.
Baca juga: Gus Yahya: Kalau Sekarang Dilakukan Penundaan Pemilu, Mungkin Melanggar Konstitusi
Karyono lantas menyoroti hasil jajak pendapat yang dirilis Lembaga Survei Jakarta (LSJ).
Dari segi urutan capres potensial, kata Karyono, hasil jajak pendapat LSJ menempatkan posisi elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto di peringkat pertama dalam kontestasi pilpres masih bisa dipertanggungjawabkan dalam kaedah survei.
Namun, jika dicermati dari persentasenya, antara elektabilitas Prabowo dengan Ganjar, dan antara Ganjar dengan Anies, menunjukkan perbedaan cukup signifikan dengan hasil survei yang dirilis lembaga survei lain.
Disampaikan Karyono, banyak hasil survei yang bisa diperbandingkan dengan hasil LKJ.
Tetapi untuk mempermudah, dirinya mengambil satu hasil survei sebagai contoh, yakni dengan membandingkan hasil survei LKJ dengan hasil survei yang jarak waktunya dan jumlah sampelnya tidak terpaut jauh, yakni Litbang Kompas.
Baca juga: Survei Litbang Kompas: 62,3 Persen Masyarakat Setuju Pemilu Tetap Digelar pada Tahun 2024