Jumat, 3 Oktober 2025

Hari Raya Galungan

Mengenal Hari Raya Galungan, Berikut Pengertian, Makna, Sejarah, serta Rangkaiannya

Hari Raya Galungan, berikut ini merupakan pengertian, makna, sejarah, serta rangkaiannya

Penulis: Faishal Arkan
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pengertian, Makna, Sejarah, serta Rangkaian Hari Raya Galungan 

TRIBUNNEWS.COM - Hari Raya Galungan merupakan hari raya besar yang dirayakan oleh umat Hindu.

Umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan setiap 210 hari, namun dengan menggunakan perhitungan kalender Bali.

Hari Raya Galungan dirayakan pada hari Budha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon Wuku Dungulan) sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan).

Selain itu, Galungan memiliki makna yakni, memberikan pemahaman bahwa usaha dan niat yang baik akan selalu menang apabila dibandingkan dengan usaha dan niat yang buruk.

Dalam Hari Raya Galungan yang dirayakan umat Hindu di Bali, terdapat beberapa sejarah serta rangkaian yang perlu diketahui.

Bagimana sejarah dan apa saja rangkaian pada Hari Raya Galungan?

Baca juga: 3 Tips Liburan di Bali Saat Hari Raya Galungan

Pengertian, Makna, Sejarah serta Rangkaian Hari Raya Galungan
Pengertian, Makna, Sejarah serta Rangkaian Hari Raya Galungan (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Baca juga: 10 Ucapan Selamat Hari Raya Galungan, Bisa Digunakan untuk Update di Medsosmu

Sejarah Hari Raya Galungan

Dikutip dari Tribunnewswiki.com, adapun sejarah Hari Raya Galungan, yakni:

Hari Raya Galungan memiliki latar belakang, yakni didasari kisah pada abad ke-8 masehi.

Pada saat itu, Bali dipimpin oleh seoranng raja dari Kerajaan Bedahulu, Gianyar, yang sakti dan merupakan keturunan raksasa.

Raja tersebut bernama Raja Mayadenawa.

Mayadenawa memimpin dengan lalim dan kejam.

Raja Mayadenawa menganggap dirinya tidak terkalahkan sehinga rakyat harus menyembahnya layaknya Dewa.

Kesaktian Raja Mayadenawa didapat dari ketekunan imannya untuk memohon pada Dewa Siwa agar diberi kekuatan dapat merubah wujud.

Kekuatan mengubah wujud dan kesombongan Raja Mayadenawa berhasil membuatnya menjadi seorang penguasa wilayah Bali dan memperluas kekuasaannya ke Lombok Sumbawa, Bugis, hingga Blambangan.

Selama pemerintahan raja tersebut, rakyat tidak makmur.

Rakyat juga dilarang untuk menyembah Dewa dan menghancurkan pura.

Rakyat hanya diam dan tidak berani melawan karena kesaktian sang raja.

Gagal panen dan kelaparan juga terjadi di mana-mana.

Kemudian ada seorang pendeta bernama Sangkul Putih atau Mpu Sangkul Putih yang juga merupakan Pemangku Agung di Pura Besakih.

Sangkul Putih iba melihat keadaan rakyat yang seperti itu.

Sangkul Putih akhirnya melakukan meditasi di Pura Besakih untuk memohon petunjuk dari para Dewa.

Dalam pertapaannya, Sangkul Putih mendapatkan wahyu untuk datang ke Jambu Dwipa (India) untuk meminta bantuan.

Setelah pergi ke Jambu Dwipa, Sangkul Putih mendapat bantuan dari sana dan juga dari Kahyangan yang dipimpin oleh Dewa Indra.

Lalu, mereka berniat untuk memerangi Raja Mayadenawa.

Mayadenawa yang mengetahui rencana tersebut segera mempersiapkan pasukannya sehingga terjadi perang besar yang menyebabkan kedua pihak menuai banyak korban.

Raja Mayadenawa yang memiliki kekuatan untuk mengubah wujud kemudian menyusup pasukan Dewa Indra dan menuangkan racun pada sumber air.

Lalu, pasukan yang meminum dari sumber air tersebut keracunan.

Mengetahui hal tersebut, Dewa Indra membuat sumber air baru yang mampu mengobati pasukannya.

Setelah para pasukan pulih, mereka mengejar Mayadenawa yang bersembunyi di sebuah gua.

Gua tersebut diberi nama Goa Mayadenawa.

Mayadenawa selalu berubah-ubah wujud agar dapat mengelabui Dewa Indra.

Pada akhirnya Dewa Indra dengan kesaktiannya dapat menemukan dan membunuh Mayadenawa.

Kemudian hari kemenangan tersebut diperingati sebagai Hari Raya Galungan.

Yang memiliki makna kemenangan Dharma (kebaikan) terhadap Adharma (keburukan).

Rangkaian Hari Raya Galungan

Dilansir bobo.grid.id, berikut rangkaian Hari Raya Galungan:

Hari Raya Galungan jatuh tepat pada Rabu Kliwon Wuku Dungulan.

Akan tetapi, rangkaiannya telah dimulai sejak hari Senin yang disebut dengan Penyajaan.

Hari Selasa disebut dengan Penampahan, dan satu hari setelah Hari Galungan, disebut Umanis Galungan.

Pada hari-hari sebelum Penyajaan pun sebenarnya memiliki perayaan tertentu, begitu pula hari-hari setelah Umanis Galungan, rangkaiannya tersebut terhitung cukup panjang.

Di saat hari-hari sebelum Galungan, biasanya umat Hindu melakukan persiapan, mulai dari membuat kue, mamasang penjor, menghias merajan (pura di rumah), dan persiapan lainnya.

Pada saat Galungan tiba, umat Hindu akan bersembahyang, mulai dari rumah sampai ke pura-pura di sekitar.

Satu hari setelah Hari Raya Galungan, yaitu Umanis Galungan biasanya diisi dengan kegiatan rekreasi dan bertemu sanak saudara.

Baca juga: 35 Link Twibbon Hari Raya Galungan 10 November Lengkap dengan Cara Membuatnya

(Tribunnews.com/Arkan) (Tribunnewswiki/Yonas) (Bobo.grid.id/Putri)

Berita lainnya seputar Hari Raya Galungan

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved