Hari Pahlawan
Profil Bung Tomo, Orator dan Pembakar Semangat Arek-Arek dalam Pertempuran Surabaya 10 November 1945
Berikut profil Bung Tomo, beliau berperan sebagai orator dan pembakar semangat arek arek pada pertempuran Surabaya pada 10 November 1945
Sekelompok orang Belanda memasang bendera mereka.
Hal tersebut, membuat rakyat marah.
Seorang Belanda tewas dan bendera merah-putih-biru itu diturunkan.
Bagian biru dirobek, tinggal merah-putih, yang langsung dikibarkan.
Di Jakarta, pasukan Sekutu datang pada 30 September 1945.
Para serdadu Belanda ikut rombongan.
Bendera Belanda berkibar di mana-mana.
Saat itu, Bung Tomo masih berstatus wartawan kantor berita ANTARA.
Selain itu, Bung Tomo juga kepala bagian penerangan Pemuda Republik Indonesia (PRI), organisasi terpenting dan terbesar di Surabaya pada saat itu.
Di Jakarta, Bung Karno meminta para pemuda untuk menahan diri, tak memulai konfrontasi bersenjata.
Bung Tomo kembali ke Surabaya. "Kita (di Surabaya) telah memperoleh kemerdekaan, sementara di ibukota rakyat Indonesia terpaksa harus hidup dalam ketakutan," katanya seperti dicatat sejarawan William H. Frederick dari Universitas Ohio, AS.
Pada Oktober dan November 1945, Bung Tomo menjadi salah satu Pemimpin yang sangat penting.
Hal tersebut dikarenakan, beliau sukses menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya, yang pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh pasukan Inggris yang mendarat untuk melucutkan senjata tentara pendudukan Jepang dan membebaskan tawanan Eropa.
Pada 9 November, saat dikeluarkannya ultimatum yang ditunjukkan kepada para staf Gubernur Soerjo yang berbunyi:
- Pertama, seluruh pemimpin rakyat Surabaya harus menyerahkan diri paling lambat pukul 18.00 di hari itu dengan tangan di atas kepala.