Panglima TNI Harap Pembangunan RSAU Prof DR Abdulrachman Saleh Bisa Jawab Kebutuhan dan Tantangan
Ia berharap rumah sakit tersebut nantinya dapat menjawab kebutuhan dan tantangan tersebut.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto didampingi KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, dan Wakasau Marsdya TNI A Gustaf Brugman meletakan batu pertama dan menandatanganani prasasti pembangunan RSAU Prof DR Abdulrachman Saleh di Pancoran Jakarta Selatan pada Selasa (9/11/2021).
Dalam sambutannya, ia mengatakan bahwa pembangunan rumah sakit tersebut adalah salah satu upaya untuk menjawab kebutuhan dan tantangan yang dihadapi di masa depan.
Ia berharap rumah sakit tersebut nantinya dapat menjawab kebutuhan dan tantangan tersebut.
Hadi mengatakan nama Prof DR Abdulrachman Saleh dipilih karena merupakan pionir dan tokoh TNI AU yang multi talenta yakni dokter sekaligus penerbang.
Baca juga: Presiden Diharapkan Pertimbangkan Regenerasi di TNI AD Terkait Calon KSAD
“Semoga semangat juangnya beliau dapat mewarnai RSAU dan menjiwai semangat pengabdian seluruh tenaga kesehatan yang ditugaskan demi bangsa dan negara tercinta,” kata Hadi dalam keterangan resmi Puspen TNI pada Selasa (9/11/2021).
Hadi menyampaikan bahwa sejak awal menjabat sebagai Panglima TNI selalu mengingatkan adanya ancaman global yaitu ancaman Cyber (Cyber Threat), ancaman Biologi (Bio Threat), dan ancaman kesenjangan.
Ia mengatakan ancaman tersebut selalu disampaikannya pada saat Rapim TNI maupun saat memberikan seminar di hadapan mahasiswa, siswa Sesko TNI dan Sesko Angkatan.
Ia mengatakan pada Januari 2018 kita dikejutkan dengan wabah campak yang terjadi di Kabupaten Asmat dan merenggut puluhan nyawa anak-anak dan ratusan lainnya harus dirawat.
Kemudian di tahun 2019 Indonesia kembali dikejutkan dengan virus Covid-19 yang kemudian menyebabkan pandemi di seluruh dunia.
Pandemi, kata Hadi, tidak hanya menyebabkan ratusan orang sakit dan jutaan lainnya meninggal dunia, tetapi juga mempengaruhi seluruh sendi kehidupan umat manusia.
Saat puncaknya yang lalu, kata dia, seluruh negara termasuk Indonesia mengalami kesulitan dalam menangani pasien yang membludak.
Selain itu, kata dia, jumlah pasien yang mengalami kondisi kritis sangat banyak.
Bahkan, kata dia, industri kesehatan tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan alat kesehatan, oksigen, oksigen konsentrator, obat-obatan, APD, masker, vaksin dan sebagainya.
Baca juga: Kasau Berikan Apresiasi Atlet TNI AU Peraih Medali PON XX Papua
Akibatnya juga, kata Hadi, ratusan tenaga kesehatan juga meninggal dunia.