Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Pemerintah Diminta Antisipasi Agar Kasus Covid-19 pada Anak tidak Terus Meningkat Usai PTM Terbatas

Netty mengingatkan pemerintah agar mengkaji ulang kebijakan PTM terbatas dan bolehnya anak-anak memasuki mal.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
WARTA KOTA/WARTA KOTA/NUR ICHSAN
PTM PELAJAR SMP KOTA TANGERANG - Siswa SMP Negeri 1 Kota Tangerang sedang mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, Senin (13/9/2021). Proses pembelajaran berlangsung lancar dan diawali dengan pemberian motivasi belajar dilanjutkan dengan materi pelajaran yang disertai dengan prokes yang ketat. PTM di Kota Tangetang, diikuti 40 sekolah SMP negeri maupun swasta dari total 200 SMP yang ada. WARTA KOTA/NUR ICHSAN 

Klaster penyebaran Covid-19 kata Jumeri paling banyak terjadi di SD sebesar 2,78 persen atau 581 sekolah. Disusul, 252 PAUD, SMP sebanyak 241 sekolah.

Kemudian SMA sebanyak 107 sekolah, SMK 70 sekolah, dan terakhir Sekolah Luar Biasa (SLB) sebanyak 13 sekolah.

Namun, Jumeri tak mengungkap sekolah tersebut tersebar di daerah mana saja. Jumlah kasus positif terbanyak, baik guru maupun siswa, di lingkungan SD.

Untuk guru dan tenaga kependidikan, kasus positif mencapai 3.174 orang dari 581 klaster sekolah. Sementara peserta didik yang positif Covid-19 mencapai 6.908 orang.

Untuk tingkat SMP terdapat 1.502 guru dan 2.220 siswa positif Covid-19. Lalu PAUD, dengan kasus positif tenaga pendidik sebanyak 2.007 orang, dan siswa 953 orang.

Tingkat SMA mencatat 1.915 guru positif Covid-19 dan siswa sebanyak 794 orang.

SMK 1.594 kasus positif pada guru dan 609 pada siswa.

Terakhir SLB, 131 kasus positif pada siswa dan 112 pada guru.

Sebanyak 42 persen sekolah atau sekitar 118 ribu sekolah di wilayah PPKM level 1-3 telah menggelar belajar tatap muka secara terbatas. Namun, jumlah itu masih relatif rendah.

Baca juga: Ahli Sarankan Tiga Strategi untuk Meminimalisir Kluster Sekolah Pada PTM Terbatas

"Jadi dari angka itu, 37 (persen) itu pada seminggu yang lalu, kemudian saat ini masih 42 (persen), artinya progresnya sangat lambat," katanya.

Jumeri pun menyadari, bahwa pertimbangan tak menggelar PTM di sekolah ada banyak faktor. Misalnya, ada daerah yang mempertimbangkan karena daerah itu atau kabupaten itu ada di wilayah aglomerasi.

"Mungkin gandengannya itu masih berbahaya, sehingga takut kalau dibuka ada klaster," kata Jumeri.

"Kemudian pertimbangan-pertimbangan yang konservatif, kepala daerahnya konservatif, sangat hati-hati untuk tidak segera membuka. Ini tentu butuh komunikasi untuk semua pihak," tambahnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved