Kisah Inspiratif Asli Indonesia
Dari Rakyat untuk Rakyat, Mutual Aid Jaksel Gagas Solidaritas Lintas Generasi di Tengah Pandemi
Para relawan Mutual Aid Jaksel memandang bahwa yang dibutuhkan saat pandemi ini adalah solidaritas, di mana rakyat berinisiatif untuk membantu sesama
TRIBUNNEWS.COM - Situasi krisis yang melanda tanah air dikarenakan pandemi Covid-19 telah menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya berkolaborasi untuk saling menolong. Terlebih, banyak orang yang kehilangan penghasilan dan tak mampu memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Salah satu cara untuk membantu mereka yang terdampak pandemi adalah dengan bersolidaritas.
Seperti halnya Mutual Aid Jakarta Selatan (Jaksel), yang hadir sebagai sebuah gerakan solidaritas yang melibatkan generasi lintas zaman.
Mutual Aid Jaksel terdiri dari para relawan yang bertujuan sama. Para relawan Mutual Aid Jaksel memandang bahwa yang dibutuhkan saat pandemi ini adalah solidaritas, di mana rakyat berinisiatif untuk membantu sesama rakyat.
Dari rakyat untuk rakyat
Ide membentuk gerakan solidaritas ini muncul dari obrolan santai di kedai kopi pada awal masa pandemi, tepatnya bulan Mei 2020. Saat itu, para pencetus Mutual Aid Jaksel tengah berdiskusi mengenai apa yang dapat dilakukan untuk membantu sesama di tengah situasi ini.
Sebuah gagasan pun muncul di antara mereka. Merasa bahwa warga hanya bergantung pada pemerintah, masyarakat perlu saling membantu sesama, dan hal itu dapat dilakukan dengan membangkitkan kembali budaya gotong royong antar warga, yang dimulai dari kampung atau lingkungan tempat tinggal masing-masing.
Gagasan yang tercetus tersebut kemudian melahirkan agenda awal bernama ‘Dapur Berjalan’. Melalui sebuah dapur umum, para relawan melakukan kegiatan memasak bersama, kemudian membagikan makanan kepada warga sekitar yang membutuhkan.
Pada perkembangannya, Dapur Berjalan pun berganti nama menjadi Mutual Aid dengan makin bertambahnya agenda yang ada.
Enam belas hari sejak Mutual Aid Jaksel mulai bergerak, sebanyak 1010 porsi makanan berhasil dibagikan kepada masyarakat di lingkungan sekitar. Bagi para relawan, semua rasa lelah terbayar dengan senyuman dan doa dari warga sekitar.

Mulai dari posko mutual aid untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi dan rumah tangga warga sekitar, live charity, streetfeeding, cek kesehatan gratis, berbagi skill kreatif, hingga daycare untuk anak-anak dan orang tua. Semuanya dijalankan oleh para relawan Mutual Aid Jaksel.
Selain itu, terdapat juga Food-Aid, sebuah gerakan bantuan mengirimkan makanan bagi para penyintas Covid-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri di tempat tinggalnya masing-masing.
Seluruh agenda ini dijalankan dengan menekankan solidaritas dari rakyat untuk rakyat.
Misalnya melalui posko Mutual Aid serta agenda Pasar Gratis, siapa pun yang memiliki kelebihan materi dan ingin berbagi uang, obat-obatan, sembako, bahan pokok, pakaian, maupun kebutuhan lainnya akan dibantu proses distribusinya oleh Mutual Aid Jaksel.
“Dari warga, jika ada pakaian yang berlebih atau tidak terpakai bisa kami distribusikan bersama. Lalu siapa yang membutuhkan, bisa ambil,” ujar Hilman Mussa, salah seorang relawan Mutual Aid saat diwawancarai oleh Tribunnews, Senin (6/9/2021).
Gagasan lain dari Mutual Aid Jaksel adalah gerakan memborong UMKM. Melalui gerakan ini, para relawan Mutual Aid berusaha membantu melarisi dagangan UMKM atau pedagang kecil jalanan yang terdampak pandemi sekaligus meredistribusinya kepada yang membutuhkan.
Redistribusi ini juga melibatkan kelas pekerja, di mana mereka yang merasa mampu dapat menghubungi Mutual Aid Jaksel untuk memberikan bantuan dana tanpa nilai minimum.
Semuanya sukarela
Sebagai gerakan dari rakyat untuk rakyat, anggota yang tergabung dalam gerakan Mutual Aid adalah relawan. Oleh sebab itu, jumlah relawan yang terdaftar dalam Mutual Aid pun tidak terdata, serta tidak ada pembagian peranan secara spesifik; siapa saja dapat bergabung dalam agenda-agenda Mutual Aid
Modal awal yang digunakan untuk kegiatan pun berasal dari pendanaan kolektif para relawan yang sama-sama tergerak sebagai partisipan. Semuanya adalah dana solidaritas antar rakyat, tanpa afiliasi organisasi maupun partai politik apapun.
“Awalnya dari collective fund anak-anak (anggota) Mutual Aid yang kelas pekerja. Kami lalu berinisiasi bagaimana caranya memanjang napas pergerakan kami ini. Akhirnya kami membuka donasi dari luar, untuk umum, bagi siapa saja yang berlebih, nanti kami bantu redistribusi,” ungkap Hilman.
Setiap relawan Mutual Aid Jaksel memiliki kesibukan sehari-hari serta keahlian yang berbeda-beda. Ada yang menjadi pegawai, ada yang menjalankan usaha, ada juga yang masih mencari kerja.
Dengan latar belakang lintas generasi, setiap agenda yang dijalankan oleh Mutual Aid dapat berangkat dari keahlian yang dimiliki oleh anggota, mulai dari cek kesehatan, berbagi ilmu, hingga cukur rambut gratis.
Membangkitkan kesadaran gotong royong
Mutual Aid Jaksel tidak memandang gerakan mereka sebagai agenda amal atau charity. Sebaliknya, ia berusaha merespons kenyataan secara sadar bahwa pemerintah belum bisa memberikan solusi penuh bagi masyarakat terdampak krisis pandemi.
Hal ini tidak dapat dilakukan hanya dengan mengkritik ataupun menuntut. Masyarakat perlu memberikan sebuah alternatif tersendiri.
Karenanya, dengan dimulai dari budaya tongkrongan, Mutual Aid Jaksel berusaha membangkitkan kembali budaya gotong royong di tengah masyarakat.
“Harus saling membantu. Tanpa ada krisis sekalipun, sudah seharusnya kami melakukan mutual aid atau gotong royong,” jelas relawan Mutual Aid Jaksel lainnya, Aryo, pada kesempatan yang sama.
Aryo melanjutkan, “Selama ini budaya-budaya seperti itu kan mulai dihilangkan, jarang dibahas, dan biasanya berbasiskan program. Karena itu kami mencoba menginisiasi untuk membangkitkan budaya gotong royong kembali.”

Ia pun menekankan bahwa Mutual Aid Jaksel adalah gagasan bersama, yang di bawahnya terdapat kolektif, tongkrongan, atau komunitas. Berangkat dari gagasan tersebut, hingga kini telah terdapat 10 komunitas yang bergerak di bawah Mutual Aid Jaksel, dan diharapkan seterusnya kian bertambah.
Sembari berusaha memberikan alternatif dan solusi bagi permasalahan yang ada, para relawan Mutual Aid Jaksel juga memiliki cerita dan pengalaman unik dalam perjalanannya, termasuk didatangi dan ditanyai oleh aparat keamanan.
“Meskipun akhirnya nggak diperpanjang, karena memang yang kami lakukan ini sudah seharusnya di masa pandemi seperti ini,” ungkap Hilman.
Aryo menimpali, “Ada cerita lucunya juga. Isu ini kemudian menyebar ke warga, dan kami dapat dukungan dari ibu-ibu warga setempat. Kata mereka, biar ibu-ibu yang belain.”
Terus bergerak untuk solidaritas
Untuk membangkitkan kesadaran akan pentingnya gotong royong di masa pandemi ini, peranan dan dukungan dari sesama masyarakat sangat krusial. Karenanya, media sosial menjadi salah satu sarana yang memiliki peran besar untuk menopang agenda-agenda Mutual Aid Jaksel.
Melalui akun Instagram @front.mutualaid gagasan-gagasan dari Mutual Aid Jaksel dapat diinisiasi dan disebarluaskan.
Agenda live charity pun juga dilakukan oleh Mutual Aid Jaksel melalui live Instagram. Selain itu, Mutual Aid juga memanfaatkan media sosial untuk memperbarui bukti pemanfaatan dana yang disalurkan secara berkala.
“Selain datang dari sosmed, kami juga belajar mengenai pentingnya mengaktifkan ruang ibadah. Misalnya masjid. Kalau dulu toa di masjid hanya sekadar digunakan untuk mengumandangkan adzan, kemarin warga berinisiasi mengumumkan agenda Mutual Aid lewat toa masjid dan meminjamkan karpet masjid untuk agenda di luar. Itu satu hal yang menurut saya unik,” sebut Aryo.
Ke depannya, Hilman berharap agar agenda Mutual Aid dapat menjangkau lebih banyak titik lagi. Sementara itu, Aryo mengungkapkan semoga generasi ke depan atau generasi sekarang dapat menghilangkan sentimen antar kampung.
“Saat ini kami sedang mengalami krisis, dan kami berusaha melakukan apa yang harus dilakukan di kondisi seperti ini,” lanjut Hilman.
Sebagai gerakan solidaritas, Mutual Aid Jaksel juga aktif berkolaborasi dengan gerakan-gerakan lain yang serupa, misalnya dengan gerakan Feed Not Bomb untuk posko makanan kucing dan anjing gratis, serta dengan Paramedis Jalanan di Jakarta untuk agenda pemeriksaan kesehatan.
Ke depannya, Mutual Aid Jaksel berharap dapat melakukan agenda solidaritas dengan prinsip dua arah secara jangka panjang melalui aksi yang membangun dan memberdayakan masyarakat.
“Prinsipnya Mutual Aid itu dua arah. Kami mencoba untuk melakukan setiap aksi atau kegiatan yang tujuannya membangun masyarakat, jadi nggak selamanya harus bergantung sama donor. Selanjutnya yang akan kami lakukan adalah sebagai penggerak atau mesin jangka panjang,” jelas Aryo.