Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Media Asing Ungkap Rencana Indonesia akan 'Lockdown' Mulai Rabu 30 Juni, Benarkah?

Media Singapura Straits Times melaporkan Indonesia mungkin segera memberlakukan pembatasan yang lebih ketat mulai Rabu, (30/06/2021).

Tribunnews/Irwan Rismawan
Fot ilustrasi: Warga beraktivitas di zona merah Covid-19 RT 006 RW 01, Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (22/6/2021). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan micro lockdown di kawasan tersebut lantaran adanya 17 warga yang positif Covid-19. Tribunnews/Irwan Rismawan 

Menurutnya, kondisi ini akan semakin diperburuk oleh keberadaan varian Delta, varian baru virus corona dari India yang sudah mulai mendominasi di Indonesia.

"Sedangkan (puncak gelombang Covid-19) yang disebabkan oleh varian Delta, kemungkinan terjadi pada Juli, bisa pertengahan atau akhir Juli," jelas Dicky.

Prediksi Dicky Kasus Harian di Indonesia Bisa Mencapai 100.000

Sebelum lonjakan terjadi pada akhir Juni ini, Dicky sempat memprediksi kasus harian di Indonesia bisa mencapai 100.000.

Hal itu lantaran, masyarakat kerap lalai menanggapi virus corona yang muncul tanpa bergejala.

Dicky mengatakan, berdasarkan riset, sekitar 80 persen Covid-19 muncul tanpa gejala.

Di sisi lain, hal ini dipersulit oleh kurangnya pengecekan sedari dini secara aktif dari rumah ke rumah.

Baca juga: Kendalikan Kasus Covid-19, Indonesia Harus Lakukan Testing 2 Juta Sehari

"Tidak bergejala bukan berarti tidak sakit. Ketika discan selain pada organ jantung dan paru ada kerusakan atau potensi di organ lain, sehingga kualitas kesehatan menurun."

"Mencegah lebih baik dari pada mengobati," katanya dalam live streaming channel YouTube Radio Muhammadiyah, Selasa (18/5/2021) lalu, dikutip dari Tribunnews.

Inilah yang menjadikan wabah pandemi disebut sebagai 'silent spreader', dimana wabah terlihat samar-samar padahal punya dampak yang sangat nyata.

Menurut Dicky, masyarakat kita juga lebih mengutamakan berobat di rumah saja ketimbang langsung memeriksakannya ke rumah sakit.

Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman.
Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman. (dok pribadi)

"Itulah yang terjadi pada India. Berdiam diri di rumah, saat timbulnya gangguan dari gejala baru ke rumah sakit. Hal ini yang nantin akan menjadi chaos," tambahnya.

Untuk itu, pada Mei lalu, Dicky memprediksi satu hingga tiga bulan ke depan, bisa saja terjadi kasus infeksi hingga 100.000 perhari.

Bukan karena mudik dan lebaran saja, tapi akumulasi setahun lalu seperti pilkada.

Sementara, dalam wawancara bersama Kompas TV pada 7 Juni 2021 lalu, Dicky juga mengingatkan hal serupa.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved