Jumat, 3 Oktober 2025

Hari Pendidikan Nasional

Sejarah Hari Pendidikan Nasional, Lengkap dengan Ucapan dan Kutipan Bertema Perjuangan Pendidikan

Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap satu tahun sekali, tepatnya pada 2 Mei atau pada hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara, berikut sejarahnya.

Buku tematik tema 7 kelas 4
Ilustrasi Ki Hadjar Dewantara - Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap satu tahun sekali, tepatnya pada 2 Mei atau pada hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara, berikut sejarahnya. 

TRIBUNNEWS.COM - Hari Pendidikan Nasional jatuh pada 2 Mei.

Hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional karena Ki Hadjar Dewantara dianggap sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.

Pemerintah telah menetapkan Hari Pendidikan Nasional sebagai hari nasional sejak 16 Desember 1959, melalui Keppres No. 316 Tahun 1959.

Namun, Hardiknas bukan termasuk hari libur nasional.

Dikutip dari Tribun Wiki, Ki Hadjar Dewantara memiliki peran yang sangat besar bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Sebab, ia adalah tokoh pelopor pendidikan di Indonesia yang juga dikenal sebagai pendiri pendidikan Taman Siswa.

Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara (Grid.ID)

Baca juga: Hardiknas Belajar dari Covid-19 dan Strategi Kemendikbud Tegakkan KBM

Sejarah Hari Pendidikan Nasional

Ki Hadjar Dewantara memiliki nama asli RM Suwardi Suryaningrat.

Ia lahir dari keluarga ningrat di Yogyakarta, 2 Mei 1889. 

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Ki Hadjar Dewantara melanjutkan pendidikan di STOVIA.

Sayangnya, karena sakit, ia tidak dapat menyelesaikan pendidikan dan bekerja menjadi seorang wartawan.

Ia bekerja menjadi wartawan di beberapa media surat kabar, seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda.

Baca juga: Hadiri Upacara Hardiknas 2021, Nadiem Makarim Kenakan Baju Adat Suku Rote NTT

Pada masa kolonialisme Belanda, Ki Hadjar Dewantara dikenal karena keberaniannya menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda.

Pada masa itu, pendidikan hanya diperuntukan bagi anak-anak kelahiran Belanda atau kaum priyayi saja.

Dikutip dari nationalgeographic.grid.id, karena kritikya tersebut, ia diasingkan ke Belanda bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved