Jumat, 3 Oktober 2025

Kominfo: Pemerintah Beri Perhatian Lebih Penurunan Stunting di Daerah

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam roadshow kampanye penurunan prevalensi stunting tahun 2021 singgah di Kabupaten Klaten.

Tribunnews/Jeprima
FOTO ILUSTRASI: Petugas medis menyuntikkan vaksin kepada seorang balita yang mengikuti imunisasi di Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (26/11/2020). Imunisasi rutin lengkap merupakan program vaksin dasar yang diberikan kepada bayi kurang dari 24 jam hingga anak berusia 3 tahun dengan tujuan mempertahankan tingkat kekebalan optimal sekaligus mencegah terjadinya stunting pada anak. Tribunnew/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam roadshow kampanye penurunan prevalensi stunting tahun 2021 singgah di Kabupaten Klaten.

Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Wiryanta menyebut Kabupaten Klaten merupakan salah satu lokasi prioritas penanggulangan stunting.

"Pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap penurunan stunting di daerah-daerah, salah satunya di Klaten, dengan memberikan informasi dan edukasi untuk meningkatkan awareness khususnya generasi muda,” ujar Wiryanta dalam forum “Kepoin Genbest”, Klaten, Jumat (16/4/2021).

Baca juga: Tidak Hanya Daerah Pedesaan, Stunting Juga Ada di Perkotaan

Dalam rangka menurunkan prevalensi stunting, lanjut Wiryanta, Kementerian Kominfo menggunakan banyak kanal media. 

Berbagai media digunakan oleh Kementerian Kominfo untuk membangun awareness dan mengubah perilaku masyarakat terutama daerah-daerah yang menjadi target sasaran penurunan prevalensi stunting, salah satunya melalui forum "Kepoin Genbest".

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo menyambut baik kampanye pencegahan stunting yang dilakukan oleh Kementerian Kominfo yang menyasar para remaja yang masih rentan dari sisi reproduksi dan kesehatan.

“Kalau ada anak umur 16 – 17  tahun dipaksa untuk menikah dan melahirkan, itu dia panggulnya aja belum sempurna. Kalau melahirkan sebelum 20 tahun, maka meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi, lalu kemudian berpotensi stunting pula,” jelas Hasto.

Remaja di usia 16-17 tahun, lanjut Hasto merupakan usia dimana tubuh sedang berkembang. Jika remaja harus hamil, membesarkan janin dan melahirkan justru akan meningkatkan resiko penyakit di masa mendatang, salah satunya osteoporosis.

Baca juga: Makanan yang Penting untuk Cegah Stunting, Orangtua Harus Tahu!

“Peak bone mass (puncak kepadatan tulang) di usia 32 tahun. Jika hamil saat remaja, itu masa dimana seharusnya tulang bertumbuh tapi malah tidak optimal. Di masa depannya lebih cepat menopause dan mengalami osteoporosis,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, praktisi kesehatan yang juga publik figur dr. Lula Kamal menegaskan orang tua harus memperhatikan kebersihan lingkungan tempat karena sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang dan kesehatan anak. 

Kebersihan lingkungan jadi salah satu faktor penunjang mencegah terjadinya stunting pada anak-anak.

“Stunting harus kita cegah sejak dini. Di negara-negara maju, tidak ketemu adanya stunting. PR kita memang besar untuk mengatasi persoalan stunting, karena ini urusan sumber daya manusia,” ujar Lula.

Stunting merujuk pada kondisi gagal tumbuh pada anak. Penyebabnya akibat kekurangan gizi kronis dan paparan infeksi berulang, terutama di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). 

Lula Kamal mengingatkan ibu-ibu agar segera memeriksakan anaknya ke posyandu untuk mencegah terjadinya stunting.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved