Pilpres 2024
Wacana Prabowo Maju Kembali di Pilpres 2024, Pengamat: Cukup Sulit karena Suara Pemilih Berubah
Pengamat menilai langkah Prabowo maju kembali di Pilpres 2024 cukup berat karena banyak tokoh muda bermunculan dan sudah berpengalaman.
TRIBUNNEWS.COM - Partai Gerindra mengadakan Kongres Luar Biasa (KLB) di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/8/2020).
Dalam KLB Gerindra, Prabowo Subianto kembali terpilih menjadi Ketua Umum Partai Gerindra periode 2020-2025.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra, Ahmad Muzani, menyatakan seluruh kader partainya meminta Ketua Umum Prabowo Subianto maju sebagai calon presiden (capres) di Pemilu 2024.
Permintaan itu disampaikan oleh kader Gerindra tingkat Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dalam KLB Partai Gerindra.
"Seluruh DPD dan DPC tadi meminta kembali Pak Prabowo untuk maju dalam Pilpres tahun 2024," ujar Ahmad Muzani.

Baca: Pengamat: Kalau Elektabilitas Prabowo Stagnan, Belum Tentu PDIP Mau Koalisi di Pilpres
Analis Politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, menilai langkah Prabowo untuk kembali maju dalam Pilpres 2024 cukup sulit.
Menurutnya, sebagai Ketua Umum Partai, Prabowo perlu mempersiapkan kader partai yang ditunjuk untuk maju dalam Pilpres 2024 dan bukan dirinya.
"Saya kira ini tergantung kelegowoan hati pak Prabowo, beliau sudah memimpin sejak partai ini didirikan. Kalau ini adalah partai kader, pak Prabowo menyiapkan sistem yang jelas kaderisasi dilevel nasional," ungkapnya dilansir YouTube Kompas TV, Senin (10/8/2020).
Ia menjelaskan, ada beberapa hal yang membuat langkah Prabowo maju kembali sebagai calon presiden (Capres) cukup berat.
Satu di antaranya adalah keputusan Prabowo masuk koalisi pemerintah.
"Saya kira tidak mudah bagi pak Prabowo untuk kembali diterima publik di 2024 karena beberapa hal.
Pertama identitas sudah berubah. Jadi jargon-jargon kampanye yang sejak 2004 disampaikan Pak Prabowo itu mungkin tidak lagi di 2024," imbuhnya.
Meskipun kini Prabowo sudah masuk koalisi pemerintah dan menjadi menteri, Arya Fernandes menjelaskan suara pemilih Prabowo mulai terkikis.
Selain itu, munculnya tokoh-tokoh lain yang lebih muda dan sudah menjabat sebagai kepala daerah semakin memberatkan langkah Prabowo maju kembali sebagai capres.
"Saya kira tidak semudah itu ya karena 2024 muncul kepala daerah yang bagus di banyak tempat. Beberapa diantaranya sudah dua periode dan memimpin di tingkat provinsi dan yang lebih penting pemilih yang berubah."
"Kalau kita lihat suara Prabowo sejak Pilpres 2019 kemarin setiap bulan berpindah, ada yang tidak memilih lagi. Situasi yang berubah tersebut dan muncul tokoh baru merupakan kendala politik Prabowo di 2024," ungkapnya.
Baca: Pengamat: Kemesraan Megawati dan Prabowo Saat Ini Belum Tentu Berlanjut hingga 2024
Sebelumnya, Ketua Persaudaraan Alumni (PA) 212, Slamet Ma'arif ikut menanggapi wacana Menteri Pertahanan tersebut kembali maju dalam kontestasi Pilpres 2024.
Menurutnya, Prabowo sudah selesai di Pilpres 2019 dan berharap dapat menyelesaikan tugasnya sebagai Menteri Pertahanan.
"Pilpres 2019 pengalaman sendiri bagi kami dan untuk perjuangan kami ke depan bahwa Prabowo sudah finish. Biarkan saat ini Prabowo menikmati dan menyelesaikan tugasnya sebagai Menhan," ujarnya, ketika dihubungi Tribunnews.com, Kamis (11/6/2020).
Slamet Ma'arif menjelaskan, banyak orang kecewa dengan keputusan Prabowo bergabung dengan pemerintah dan berharap muncul tokoh-tokoh pemimpin muda.
"Cukuplah Prabowo di 2024 menjadi negarawan dengan memunculkan capres baru yang muda, karena kami yakin 2024 saatnya yang muda yang pimpin negeri. Apalagi umat punya catatan sendiri kepada Prabowo yang susah untuk dilupakan di 2019," ungkapnya.
Di sisi lain, Slamet menegaskan pihaknya akan terus mengawal pemerintahan saat ini dan berjuang menegakkan keadilan di Indonesia.
"Kami akan terus berjuang untuk tegaknya keadilan dan melawan kezaliman di Indonesia di bawah komando ulama teristimewa Habib Rizieq Shihab," tandasnya.
(Tribunnews.com/Mohay/Vincentius Jyestha Candraditya)