Eksklusif Tribunnews
Seratus Tahun PK Ojong Pendiri Kompas Gramedia (4-Habis): Manusia Autentik dan Bonafide
Selain humaniora, sewaktu menjadi pemimpin umum Kompas Gramedia PK Ojong pun berusaha memahami manajemen dan ilmu hitung-hitungan.

Ini bukannya ia tak punya pendirian ataupun pemihakan. Hanya, bagaikan seorang coach, ia berusaha memahami orang dengan berbagai sudut pandang dan bermacam tingkah laku. Sepertinya ia tak ingin terjebak dalam dikotomi sederhana hitam-putih.
Baca: Gunawan Mohamad Mengenang 100 Tahun PK Ojong: Sederhana, Pekerja Keras dan Mengedepankan Kesetaraan
Untuk sejumlah hal, ia melihat kebenaran itu masalah derajat saja (truth is a matter of degree), lebih benar atau kurang benar. Moderasi. Namun, ini bukannya berarti tidak ada yang sepenuhnya salah.
Tentu saja ada, seperti kejahatan terhadap kemanusiaan atau korupsi, misalnya. Berhubung sifatnya yang semacam itu, ia mudah diterima di berbagai kalangan masyarakat.
Sengaja atau tak sengaja, ia ditempatkan sebagai juru damai untuk berbagai persoalan, tentunya juga di internal.
Dalam Neuro Linguistic Programming (NLP) yang merupakan psikologi terapan dikenal istilah meta programming.
Maknanya ada semacam filter persepsi yang menyaring informasi yang masuk ke dalam individu, mengolahnya di bagian ketidaksadaran dan kemudian program memberi signal bagaimana bereaksi.
Demikian dikenal di ujung satu optimistis, di ujung lain-nya pesimistis; di ujung satu introvert, di ujung lainnya extrovert; di ujung satu berfikir global, di ujung lainnya detail, dan sebagainya.
Berhubung Jakob Oetama mempunyai meta program lebar, jembar, maka ia tak terpaku di salah satu ujungnya. Ia bergerak luwes ke sana kemari, mengadaptasi dengan ketepatan situasi dan konteksnya. (tribunnetwork/cep)