Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Pemerintah Disarankan Sosialisasikan Protokol Kesehatan 2 Kali Lebih Gencar 

"Seharusnya di masa new normal ini kampanye atau sosialisasi protokol kesehatan dua kali lebih gencar," pungkasnya

WARTAKOTA/Henry Lopulalan
Pencarian Merosot - Gerobak pencari barang bekas melintas dikesepian Jalan Sudirman, setiabudi, Jakarta Selatan, Senin, (1/6/2020). Tidak ada kegiatan dalam PSBB membuat pencarian merosot. (Warta Kota/Henry Lopulalan) 

Salah satu caranya dengan menggencarkan kampanye protokol kesehatan dengan melibatkan banyak pihak terutama tokoh masyarakat.

"Seharusnya di masa new normal ini kampanye atau sosialisasi protokol kesehatan dua kali lebih gencar," pungkasnya.

 Sebelumnya Riset kualitatif LSI Denny JA tersebut dilakukan dengan mengkaji data data sekunder dari Gallup Poll, Voxpopuli center, dan riset eksperimental oleh Denny JA dan Eriyanto.

Menurut Rully pada awal Maret atau setelah WHO mengumumkan Pandemi, masyarakat lebih cemas bila virus Corona akan menyerang kesehatan.

Saat itu 118 ribu warga di 118 negara dinyatakan terjangkit virus dengan angka kematian mencapai 4 ribu orang.

"Apalagi disebutkan bahwa penyebaran virus Corona lebih cepat menular ketimbang dua virus serupa sebelumnya yakni SARS dan Mers.

Itu menyebabkan masyarakat lebih khawatir dengan kesehatannya," kata Rully.

Ketika WHO sudah menyatakan Pandemi, negara negara di dunia kemudian mengeluarkan kebijakan mulai dari yang berat yakni karantina atau lockdown, hingga pembatasan sebagian aktivitas. 

Misalnya Italia yang menerapkan Lockdown sementara Indonesia menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Lockdown menjadi kebijakan populis, karena didukung data berkontribusi positif dalam penurunan penyebaran, selain anjuran pakar kesehatan, juga kebijakan itu menjawab pertanyaan mengenai virus itu," katanya. 

Namun, Pembatasan pembatasan tersebut membuat pertumbuhan ekonomi merosot, karena perputaran roda ekonomi menurun.

Tidak semua industri bisa melakukan pekerjaan dari rumah. Oleh karena itu kebijakan pembatasan tersebut mengakibatkan banyak orang di PHK.

'Ketika pertama masyarakat aware dengan corona, di  bulan Juni ada turning point, kecemasan terhadap virus mulai turun, tapi kecemasan terhadap kondisi ekonomi meningkat," katanya.

Berdasarkan penelitian eksperimental Denny JA dan Eriyanto tehadap 240 mahasiswa UI yang ditempatkan pada 8 kelompok responden secara acak kesimpulannya mereka lebih takut pada dampak ekonomi. 

"Ketika diberikan treatmen mengenai dampak ekonomi mereka lebih takut ketimbang saat diberikan treatmen penyebaran virus terhadap kesehatan," katanya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved