Jokowi Ingatkan Menterinya Agar Berhati-hati Terhadap Penurunan Industri Manufaktur
Indeks manufaktur Indonesia berada di level 27,5, lebih rendah dibandingkan Korea Selatan 41,6, Malaysia 31,3 Vietnam 32,7, Filipina 31,6.
Presiden mencontohkan sejumlah negara yang perekonomiannya terpukul akibat pandemi Corona.
China misalnya pertumbuhan ekonominya negatif 6,8 persen
"Prancis, deltanya turun 6,25 persen, hongkong deltanya turun 5,90 persen, Spanyol deltanya turun 5,88 persen, dan Italia deltanya 4,95 persen tumbuh negatif," kata Presiden.
Bagaimana tidak menurut Presiden, pandemi Covid-19 menekan dua sisi ekonomi yakni suplai penawaran dan permintaan.
Dari sisi suplai penawaran misalnya indeks manufaktur Indonesia pada april 2020 mengalami kontraksi terdalam bila dibandingkan negara lainnya di Asean. Indonesia berada di level 27,5, lebih rendah dibandingkan Korea Selatan 41,6, malaysia 31,3 vietnam 32,7, filipina 31,6.
"Inii hati-hati mengenai indeks manufaktur Indonesia. agar juga dicarikan solusi dan jalan agar kontraksi ini bisa kita perbaiki," pungkasnya.
Airlangga Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Hanya 2,3 Persen
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 sekitar 2,3 persen.
Angka tersebut berdasarkan proyeksi di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2020.
"Kita proyeksi di APBNP 2020 itu sektiar 2,3 persen," kata Airlangga dalam video conference usai rapat terbatas, Selasa (5/5/2020).
Baca: Didesak Selidiki Kasus Kebocoran Data Tokopedia, Ini Jawaban Polri
Baca: Daftar Sebaran Virus Corona di Indonesia Selasa (5/5/2020): Angka Kesembuhan di Banten Melonjak
Airlangga mengatakan pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19 yang menyebar di mayoritas negara di dunia.
Pertumbuhan ekonomi mengalami tekanan salah satunya karena anjloknya permintaan (demand shock).
"Di kuartal pertama pertumbuhan ekonomi 2,97 persen. Segi konsumsi turun ke 2,8 (persen), kemudian kita lihat bahwa juga dari segi pembentukan modal maupun ekspor impor mengalami penurunan. Penurunan dari segi impor sudah minus 2,19," katanya.
Kondisi diperkirakan tidak berubah pada kuartal kedua. Apalagi pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran Covid-19.
Hal itu ditambah dengan siklus penanganan Penyebaran Covid-19 yang tidak menunjukkan akselerasi.
"Segi kesehatan siklus yang terjadi tidak terjadi akselerasi bahkan beberapa perkiraan mengatakan bahwa di bulan Mei akan ada flattening the Curve (pelandaian kurva), sehingga pemerintah juga sedang mempersiapkan exit strategy dari pandemi covid19 itu sendiri agar masalah di kesehatan tidak merembet ke sektor-sektor lain," katanya.