Selasa, 7 Oktober 2025

Jokowi Ingatkan Menterinya Agar Berhati-hati Terhadap Penurunan Industri Manufaktur

Indeks manufaktur Indonesia berada di level 27,5, lebih rendah dibandingkan Korea Selatan 41,6, Malaysia 31,3 Vietnam 32,7, Filipina 31,6.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Sanusi
twitter.com/jokowi
Presiden Joko Widodo 

Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail

TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pandemi Covid-19 telah menekan pertumbuhan ekonomi, baik itu dari sisi produksi maupun permintaan.

Sejumlah industri mengalami kontraksi (penurunan), salah satunya industri manufaktur.

Indeks manufaktur Indonesia berada di level 27,5, lebih rendah dibandingkan Korea Selatan 41,6, Malaysia 31,3 Vietnam 32,7, Filipina 31,6.

Baca: Jubir Kemenhub: Tidak Ada Perubahan Aturan, Pelarangan Mudik Tetap Berlaku

Baca: Menhub Budi Karya Izinkan Moda Transportasi Operasi Lagi, Yunarto Wijaya : Alumni Covid Lupa Sejarah

"Ini hati-hati mengenai indeks manufaktur Indonesia. agar juga dicarikan solusi dan jalan agar kontraksi ini bisa kita perbaiki," kata Presiden dalam Rapat, Rabu, (6/5/2020).

Presiden meminta para menteri di bidang ekonomi memperhatikan betul industri mana saja yang mengalami penurunan. Industri yang mengalami penurunan yang sangat dalam, harus segera diberikan stimulus.

"Dan bisa mulai merancang skenario pemulihan di setiap sektor dan subsektor," katanya.

Sehingga nantinya menurut Presiden, industri tersebut tidak ikut menekan pertumbuhan ekonomi karena berkontribusi negatif.

Misalnya Industri pangan yang di kuartal pertama minus 0,31 persen, angkutan udara minus 0,08 persen, minyak gas panas bumi 0,08, industri barang logam komputer minus 0,07, penyediaan akomodasi minus 0,03, industri mesin dan perlengkapan minus 0,03.

"Begitu juga dengan angka dari sisi demand, sisi permintaan. Angka inflasi pada april 2020 tercatat 0,08 persen, sangat rendah bila dibandingkan pada periode bulan ramadhan pada tahun-tahun sebelumnya," pungkasnya.

Pertumbuhan Ekonomi Hanya 2,97 Persen, Jokowi: Masih Bagus Dibanding Negara Lain

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan pertama 2020 masih lebih baik dibandingkan negara lain.

Untuk diketahui Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama yakni hanya mencapai 2,97 persen.

Angka tersebut turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar 5,07 persen.

Baca: Jubir Kemenhub: Tidak Ada Perubahan Aturan, Pelarangan Mudik Tetap Berlaku

Baca: Nekat Mudik, 1.637 Pesepeda Motor Diminta Putar Balik Lagi ke Arah Jakarta

"Lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan di kuartal 4 2019 yang tumbuh 4,97 persen. walaupun hanya tumbuh 2,97 persen tapi dibandingkan dengan negara lain yang telah merilis angka pertumbuhannya kinerja ekonomi negara kita relatif masih baik," ujar Presiden dalam rapat, Rabu (6/5/2020).

Presiden mencontohkan sejumlah negara yang perekonomiannya terpukul akibat pandemi Corona.

China misalnya pertumbuhan ekonominya negatif 6,8 persen

"Prancis, deltanya turun 6,25 persen, hongkong deltanya turun 5,90 persen, Spanyol deltanya turun 5,88 persen, dan Italia deltanya 4,95 persen tumbuh negatif," kata Presiden.

Bagaimana tidak menurut Presiden, pandemi Covid-19 menekan dua sisi ekonomi yakni suplai penawaran dan permintaan.

Dari sisi suplai penawaran misalnya indeks manufaktur Indonesia pada april 2020 mengalami kontraksi terdalam bila dibandingkan negara lainnya di Asean. Indonesia berada di level 27,5, lebih rendah dibandingkan Korea Selatan 41,6, malaysia 31,3 vietnam 32,7, filipina 31,6.

"Inii hati-hati mengenai indeks manufaktur Indonesia. agar juga dicarikan solusi dan jalan agar kontraksi ini bisa kita perbaiki," pungkasnya.

Airlangga Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Hanya 2,3 Persen

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 sekitar 2,3 persen.

Angka tersebut berdasarkan proyeksi di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2020.

"Kita proyeksi di APBNP 2020 itu sektiar 2,3 persen," kata Airlangga dalam video conference usai rapat terbatas, Selasa (5/5/2020).

Baca: Didesak Selidiki Kasus Kebocoran Data Tokopedia, Ini Jawaban Polri

Baca: Daftar Sebaran Virus Corona di Indonesia Selasa (5/5/2020): Angka Kesembuhan di Banten Melonjak

Airlangga mengatakan pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19 yang menyebar di mayoritas negara di dunia.

Pertumbuhan ekonomi mengalami tekanan salah satunya karena anjloknya permintaan (demand shock).

"Di kuartal pertama pertumbuhan ekonomi 2,97 persen. Segi konsumsi turun ke 2,8 (persen), kemudian kita lihat bahwa juga dari segi pembentukan modal maupun ekspor impor mengalami penurunan. Penurunan dari segi impor sudah minus 2,19," katanya.

Kondisi diperkirakan tidak berubah pada kuartal kedua. Apalagi pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran Covid-19.

Hal itu ditambah dengan siklus penanganan Penyebaran Covid-19 yang tidak menunjukkan akselerasi.

"Segi kesehatan siklus yang terjadi tidak terjadi akselerasi bahkan beberapa perkiraan mengatakan bahwa di bulan Mei akan ada flattening the Curve (pelandaian kurva), sehingga pemerintah juga sedang mempersiapkan exit strategy dari pandemi covid19 itu sendiri agar masalah di kesehatan tidak merembet ke sektor-sektor lain," katanya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved