Hari Buruh
May Day Terkelam, Dua Juta Lebih Pekerja Kena PHK, Bahkan Ada yang Tak Dapat Pesangon
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan per 20 April 2020 tercatat sebanyak 84.926 perusahaan telah merumahkan para pekerjanya.
Banyaknya perampasan tanah (land grabbing), dan dampak dari pasar bebas, mengakibatkan petani kehilangan tanah yang sebelumnya mereka kuasai.
"Hal ini menjadi semakin parah ketika tanah-tanah yang sebelumnya dikuasai terkonversi menjadi industri perkebunan dan industri ekstraktif lainnya seperti pertambangan,“ katanya.
SPI mendorong agar pemerintah mengambil kebijakan yang tepat terkait penanganan covid-19, satu di antaranya adalah membatalkan pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja yang tengah dibahas di DPR-RI.
Menurutnya, kondisi krisis yang dialami para buruh dan orang-orang yang bekerja di pedesaan ini akan menjadi lebih buruk lagi apabila RUU Cipta Kerja disahkan.
"Dalam klaster-klaster pembahasannya, seperti klaster kemudahan investasi, klaster pengadaan lahan, justru melanggengkan industri-industri perkebunan dan ekstraktif di pedesaan. Ini akan mempersulit kehidupan para petani, buruh tani, dan orang-orang yang bekerja di pedesaan,” ujarnya.
Baca: Ditolak Istri, Napi Asimilasi Bakar Rumah Mertua, Dua Sepeda Motor Ludes
Tiada Pesangon
Nasib tidak enak dialami oleh buruh di Jawa Timur saat peringatan hari buruh internasional.
Mansyur, buruh pabrik mesin industri dan konstruksi di Sidoarjo harus rela kena PHK dan tidak menerima pesangon.
Padahal ia sudah 13 tahun bekerja. Ia menghitung pesangon yang seharusnya didapatkannya sebesar lebih dari Rp 107 juta.

"Hari Buruh tahun ini sangat jauh berbeda dibanding tahun kemarin. Masalahnya untuk tahun ini acara yang digelar pada 1 Mei agak berkurang. Dulu kan bisa tumpengan, menggelar acara tahlilan, sekarang tidak bisa, cuma bisa mengucapkan selamat May Day, karena keterbatasan PSBB," ujarnya.
Ketika dikabarkan bahwa dirinya kena PHK pun perasaan yang dialaminya campur aduk. Ia bingung harus kemana dan bagaimana, sementara tiga orang anaknya masih sekolah.
"Campur aduk, pusing. Tidur enggak bisa," ujarnya.
Ia mengatakan tengah mencari pekerjaan lain namun hal tersebut sulit dilakukan di tengah keterbatasan pergerakan karena PSBB.
"Saya untuk sementara masih fokus ini mendapat uang pesangon bergabung bersama anak-anak yang lain, memberi support sama teman-teman yang lain biar semangat terus, biar semangat untuk memperjuangkan hak-hak karyawan," ujar Mansyur.
Baca: Keseharian Bek Real Madrid Saat Pandemi Corona, Ajak Jalan Keempat Anjingnya
Mansyur kini sehari-hari sibuk bersama istrinya merawat anak-anak, yang berusia 8 tahun, 5 tahun, dan 5 bulan, dan mengerjakan pekerjaan rumah.