Refleksi Akhir Tahun Sektor Pertanian, ‘Standing Applause’ Buat Presiden Jokowi
Di tahun 2017, kata Tjipta, Indonesia tidak ada lagi impor beras sedang di 2018, impor beras ada karena untuk mengantisipasi hajatan Pilpres.
“Nah, buktinya sekarang ada 20.000 ton beras di bulog yang dinyatakan busuk dan tak layak konsumsi”, tandasnya.
“Inilah bukti kerja keras itu. Apalagi prestasi yang ditorehkan ini dilakukan di tengah hantaman kondisi cuaca ekstrim seperti El Nino dan La Nina. Ini tidak main-main. Ini kerja nyata yang sangat patut diapresiasi”, ujarnya.
Menurut Tjipta, di Kementerian Pertanian sosok menteri yang tepat adalah yang tak banyak bicara, banyak diam, namun bekerja keras.
“Tipe pekerja keras yang banyak di lapangan itulah yang diperlukan. Melihat langsung perkembangan lapangan dan mencari solusinya langsung di lapangan. Bergerak cepat”, ujarnya.
Hal senada dikatakan pengamat kebijakan politik dan pengajar Universitas Paramadina Hendri Satrio. Menurut Hensat sapaan akrabnya, pencapaian kerja Kementerian Pertanian memang spektakuler karena mampu dengan cepat melakukan trasformasi pertanian menuju pertanian modern.
“Tidak mengherankan bila Pak Amran pernah diberi gelar sebagai Bapak Modernisasi Pertanian dan sebagai Bapak Mekanisasi Pertanian. Kementan tidak saja mampu menggenjot produksi pangan tapi juga telah meletakkan pondasi yang akan membawa sektor pangan ‘naik kelas’ dari pertanian on farm menjadi pertanian off farm dengan mempercepat lahirnya agropreneurship dengan membangun kecintaan kaum milenial untuk terjun ke sektor pertanian”, jelas Hensat.
Hensat menambahkan, capaian kerja Kementan bukan hanya sekadar pencitraan semata. Bappenas sendiri mengakui bahwa sektor pertanian menjadi sektor andalan dalam kontribusinya dalam pembangungan ekonomi Indonesia serta menjadi kementerian yang dinilai mampu mengelola anggaran dengan sangat produktif.
“Ini pengakuan Bappenas loh. Bukan hanya rekaan semata. Lonjakan itu bisa dilihat dari PDB sektor pertanian kita naik dari 900 triliun menjadi 1.400 triliun”, tegasnya.
Hensat juga menilai bahwa sosok menteri di Kementan harus memiliki integritas dan profesionalitas yang sangat mumpuni. Pengabdian dalam memajukan sektor pertanian Indonesia harus menjadi catatan penting.
Berbagai gebrakan Kementan dalam menegakkan profesionalitas dan integritas telah ditunjukkannya. Perang melawan KKN dan mafia pangan adalah salah satu contohnya.
“Tidak mengejutkan bila Pak Amran juga dijuluki Mr. Clean dan Institut Pertanian Bogor (IPB) menyebut sebagai Bapak Jagung Indonesia dan Bapak Mekanisasi Pertanian. Ini karena dedikasi, loyalitas dan komitmennya yang tak diragukan lagi.
Di samping pengakuan dalam negeri, ujar Hensat, dunia internasional juga memberi penghargaan atas capaian kerja sektor pertanian Indonesia.
“Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengapresiasi capaian Pertanian Indonesia. Bahkan FAO mengakui Indonesia sudah tak lagi mengimpor beras dan menetapkan Indonesia sudah swasembada. Bandingkan dengan di tahun 1984 di era Suharto yang di klaim swasembada tapi masih ada impor”, tandasnya.
Bahkan di bidang hortikultura, kata Hensat, Indonesia sudah mampu melakukan ekspor baik itu jagung, sayuran dan lain-lain
Sementara itu, Anggota DPR dari Partai Golkar, Firman Subagyo mengatakan apa yang menjadi terobosan Kementan menjadikan kementerian ini mampu berdiri bangga, utamanya terkait bagaimana mengubah lahan rawa yang demikian luas dan tidak priduktif menjadi lahan pertanian yang produktif.