Sabtu, 4 Oktober 2025

Paham Radikalisme Subur di Kalangan Anak Muda, Ini Tips Mengatasinya dari Kacamata Psikologi

Berikut tips dari segi psikologi untuk mengatasi fenomena tersebut dari Kepala UPT Bimbingan dan Konseling Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Ifa Nabila
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Ilustrasi aksi melawan radikalisme (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

"Empati dari kita menyelamatkan individu lain," lanjutnya.

Baca: Pemprov Bali Buka 653 Formasi CPNS 2019, Simak Syarat Pendaftaran dan Ketentuan Pelaksanaan Seleksi

3. Peran Negara

Bendera Merah Putih berkibar setengah tiang di halaman Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Kamis (12/9/2019). Pengibaran bendera setengah tiang tersebut dilakukan sebagai Hari Berkabung Nasional selama tiga hari ke depan untuk menghormati almarhum Presiden ke-3 Republik Indonesia, BJ Habibie yang meninggal dunia pada Rabu (11/9/2019). Tribunnews/Irwan Rismawan
Ilustrasi pemerintahan negara  (Tribunnews/Irwan Rismawan)

Hudaniah mengatakan jika peran pemerintah juga tidak kalah penting dalam upaya membendung paham radikal di tengah-tengah masyarakat.

Menurutnya, pemerintah harus membentuk pemerintahan yang baik dan dapat dipercaya oleh masyarakat. 

"Memberikan kepercayaan dan membangun thrush government, " ujar Dosen Fakultas Psikologi UMM ini.

Pemerintah juga dinilai perlu membangun mental masyarakat sebagai warga negara yang baik melalui kebijakan-kebijakan. 

Hudaniah menambahkan pemerintah harus bisa menenangkan masyarakat ketika terjadi konflik-konflik horizontal.

"Menenangkan saat timbul konflik-konflik bukan justru meruncing masalah," jelas Hudaniah.

Baca: Harga HP Vivo Terbaru Bulan November 2019, Vivo Z1 Pro Mulai Rp 3 Juta, Vivo V17 Pro Rp 5,6 Juta

Komentar Pengamat Intelijen

Pengamat Intelijen dan Keamanan UI, Stanislaus Riyanta
Pengamat Intelijen dan Keamanan UI, Stanislaus Riyanta (Tangkap layar channel YouTube Najwa Shihab)

Pengamat Intelijen dan Keamanan UI, Stanislaus Riyanti menjelasakan terjadi pergeseran metode yang dilakukan oleh pimpinan teroris dalam melakukan perekrutan anggota baru.

Ia menyebut, jika kelompok lama seperti Al-Qaeda melakukan pencarian anggota baru dengan bertatap muka langsung, kemudian akan dilatih sehingga siap melakukan aksi.

Ini sangat berbeda di era sekarang ini, menurut Stanislaus perkembangan sosial media yang ada membuat penyebarakan konten-konten radikal sangat mudah ditemui. 

"Sekarang radikalisme sangat cepat terjadi karena menggunakan media sosial," ujar Stanislaus saat diundang dalam acara acara Mata Najwa, Rabu (13/11/2019) lalu.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved