Jumat, 3 Oktober 2025

Mahasiswa Papua Jabodetabek Sampaikan Permintaan Maaf pada Warga Pendatang dan Serukan Perdamaian

Sebagai bentuk nasionalisme, belasan mahasiswa Papua ini turut menyanyikan lagu Indonesia Raya‎ sebagai bentuk rasa persatuan.

Tribunnews.com/Theresia Felisiani
Perkumpulan organisasi mahasiswa Papua dan Papua Barat di Jabodetabek, Jumat (4/10/2019) berkumpul di Anjungan Papua, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, menyerukan perdamaian bagi tanah Papua 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Theresia Felisiani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perkumpulan organisasi mahasiswa Papua dan Papua Barat di Jabodetabek, Jumat (4/10/2019) berkumpul di Anjungan Papua, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.

Mereka menyerukan perdamaian bagi tanah kelahiran mereka, Bumi Cenderawasih yang belakangan situasinya memanas hingga ribuan orang harus mengungsi dari Wamena, Papua.

Baca: Kebijakan Presiden Joko Widodo di Kalimantan Timur, Membuat Ribuan Warga Luar Pindah ke Balikpapan

Sebagai bentuk nasionalisme, belasan mahasiswa Papua ini turut menyanyikan lagu Indonesia Raya‎ sebagai bentuk rasa persatuan.

Ketua Himpunan Mahasiswa Kaimana (Himaka), Moytuer Boymasa mengatakan pihaknya menyampaikan permintaan maaf pada warga pendatang di Papua yang turut menjadi korban.

Dia berharap, masalah di Papua bisa selesai.

Dia meyakini, kericujan di Wamena dan Jayapura sama sekali tidak ada dampak positifnya melainkan hanya menimbulkan korban dan kerugian materiil.

"Kami dari Mahasiswa Kaimana yang studi di Jabodetabek menyampaikan permohonan maaf pada saudara kami, khususnya pendatang yang jadi korban. Semoga ini semua cepat selesai," imbuhnya.

Moytuer menambahkan kini kondisi di Wamena sudah mulai membaik.

Meski begitu, dia tetap meminta pemerintah dan aparat terus ‎sinergi agar kejadian serupa tidak terulang.

Kesaksian pendatang ditolong warga lokal

Pascakerusuhan di Wamena pada Senin (23/9/2019) ribuan warga pendatang memilih untuk kembali ke kampung halamannya.

Meski kondisi kini telah berangsung pulih, namun gelombang keluarnya warga pendatang hingga kini masih terus terjadi.

Mereka yang keluar dari Wamena mengatakan masih trauma pasca kerusuhan yang menyebabkan lebih dari 30 kehilangan nyawa.

Para pengungsi yang keluar dari Wamena ini banyak memberikan kesaksian atas kerusuhan yang terjadi.

Dilansir dari TribunJakarta, Jefri Tanjung (60), perantau asal Sumatera Barat yang sudah 19 tahun berada di Wamena, mengatakan perusuh membawa panah, bom molotov, ketapel hingga batu dalam melancarkan aksinya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved