Minggu, 5 Oktober 2025

Rusuh di Papua

Moeldoko Sebut 2 Kelompok Provokator di Deiyai Papua: Sengaja Provokasi agar TNI & Polri Terpancing

Moeldoko menyebut dua kelompok provokator kerusuhan di Deiyai, Papua. Dua kelompok disebut sengaja memprovokasi agar TNI & Polri terpancing.

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Tiara Shelavie
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Ilustrasi - Moeldoko menyebut dua kelompok provokator kerusuhan di Deiyai, Papua. Dua kelompok disebut sengaja memprovokasi agar TNI & Polri terpancing. (Foto ini tidak ada hubungannya dengan kejadian) 

Moeldoko menyebut dua kelompok provokator kerusuhan di Deiyai, Papua. Dua kelompok disebut sengaja memprovokasi agar TNI & Polri terpancing.

TRIBUNNEWS.COM - Kerusuhan kembali terjadi di Papua.

Kali ini, kerusuhan disertai kontak senjata terjadi di wilayah Deiyai, Papua, Rabu (28/8/2019).

Atas peristiwa tersebut, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, menyebut ada dua kelompok yang menjadi provokator kerusuhan di Papua, termasuk di Deiyai.

Moeldoko mengatakan, dua kelompok tersebut sengaja memprovokasi warga Papua agar TNI dan Polri terpancing.

Baca: KABAR TERBARU Kontak Senjata di Deiyai Papua, 6 Anggota TNI-Polri jadi Korban

Baca: Ribuan Massa Bawa Senjata Tajam Tiba-tiba Serbu Lokasi Aksi Demo di Deiyai Papua, Diduga Kuat KKB

Baca: Unjuk Rasa Deiyai Papua Berakhir Ricuh, 2 Warga Sipil Tewas Ditembak & Kena Anak Panah di Perut

Hal ini disampaikan oleh Moeldoko saat ditemui Tribunnews di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (28/8/2019).

Menurut Moeldoko, provokator masuk saat massa menggelar demonstrasi di Deiyai Rabu silam.

"Ya memang ada (provokator). Jadi sering saya katakan memang poros gerakan politiknya sedang masif, sekarang betul-betul sedang masif," ujar mantan Panglima TNI tersebut di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (Seno Tri Sulistiyono/Tribunnews.com)

Moeldoko menjelaskan, terjadinya gejolak di Papua yang berlangsung hingga saat ini tidak terlepas dari peran dua kelompok di Papua.

Dua kelompok tersebut yaitu poros politik dan poros bersenjata yang melakukan pergerakan.

Kepala Staf Kepresidenan itu menganggap, dua kelompok itu sekarang sudah sulit menghasut masyarakat Papua setelah pemerintah membangun berbagai infrastrutur.

"Pembangunan yang masif di Papua itu maka kecemasan yang dihadapi oleh mereka (dua poros) adalah dia tidak bisa lagi membohongi rakyat," ujar Moeldoko.

"Dia tidak bisa lagi membohongi dunia luar bahwa Papua itu begini, begini," lanjutnya.

Dia menambahkan, penanganan aparat kepolisian dan TNI akan dilakukan secara terukur dan tidak secara emosional.

Hal ini akan menghindari munculnya tindakan atau perilaku yang tidak terkontrol.

"Karena kalau kita ikut larut dalam emosi, maka langkah tindakan menjadi tidak terkontrol," terang Moeldoko.

Moeldoko menyebut, warga Papua sengaja diprovokasi agar TNI dan Polri terpancing.

"Memang sengaja diprovokasi untuk itu, tujuannya apa, agar kami melakukan tindakan," kata Moeldoko.

"Apalagi angkatan bersenjata seperti TNI atau Polri itu sangat diharapkan. Ada korban baru digulirkan," imbuhnya.

Fakta-fakta Kerusuhan di Papua

Berikut sejumlah fakta terkait kericuhan tersebut, dirangkum Tribunnews dari Kompas.com :

1. Kronologi

Ilustrasi - Petugas polisi mengantar seorang ibu menjauh dari pusat kerusuhan di Mimika, Papua Barat. (Foto ini tidak ada hubungannya dengan kejadian)
Ilustrasi - Petugas polisi mengantar seorang ibu menjauh dari pusat kerusuhan di Mimika, Papua Barat. (Foto ini tidak ada hubungannya dengan kejadian) (dok BBC Indonesia)

Kerusuhan di Deiyai, Papua berawal dari aksi unjuk rasa yang diikuti sekitar 150 orang di halaman kantor Bupati Deiyai.

Massa yang mengikuti aksi meminta Bupati Deiyai menandatangani persetujuan referendum.

"Di Deiyai terkait masalah unjuk rasa yang dilakukan kelompok masyarakat, kurang lebih berjumlah 150 orang, menuntut bupati menandatangani persetujuan referendum,"ujar Dedi ketika ditemui di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Rabu (28/8/2019).

Kemudian, saat aparat sedang bernegosiasi dengan massa, sekitar seribu orang tiba-tiba datang ke lokasi dari segala penjuru.

Massa yang baru datang sambil menarikan tarian adat perang.

Mereka juga membawa senjata tajam serta anak panah.

Lantas, mereka menyerang aparat TNI-Polri.

2. Dua masyarakat sipil menjadi korban

Sebelumnya, sempat tersiar kabar bahwa terdapat enam warga sipil yang menjadi korban dari peristiwa tersebut.

Namun, polisi mengatakan bahwa informasi tersebut belum dipastikan kebenarannya.

Belakangan, polisi kemudian menegaskan bahwa warga sipil yang menjadi korban meninggal dunia sebanyak dua orang.

Satu korban meninggal karena luka tembak, sementara seorang lainnya terkena anak panah.

"Satu orang massa kena tembakan di kaki dan meninggal dunia di RS Enarotali. Satu orang massa meninggal dunia kena panah di perut di halaman Kantor Bupati Deiyai," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo melalui keterangan tertulis, Rabu, (28/8/2019).

3. Enam aparat TNI-Polri ikut menjadi korban

Kabar terkini bentrok di Deiyai Papua. Sebanyak 2 warga sipil tewas. Sementara itu 6 anggota TNI-Polri jadi korban, 1 orang gugur.
Kabar terkini bentrok di Deiyai Papua. Sebanyak 2 warga sipil tewas. Sementara itu 6 anggota TNI-Polri jadi korban, 1 orang gugur. (Istimewa)

Tak hanya warga sipil, aparat TNI-Polri turut menjadi korban.

Tercatat sebanyak 2 anggota TNI dan 4 personel Polri ikut terdampak.

Dedi mengungkapkan, satu di antara personel TNI tersebut, yang bernama Serda Rikson, meninggal dunia.

Kemudian, lima anggota lainnya mengalami luka akibat terkena anak panah.

"1 personel TNI meninggal dunia, 1 personel TNI terkena panah, 1 personel Brimob kena panah, 3 personel Samapta Polres Paniai kena panah," tutur Dedi.

Selanjutnya, jenazah Serda Rikson segera dievakuasi ke Nabire melalui jalur darat.

Seluruh korban sudah dilarikan ke Rumah Sakit Enarotali untuk mendapat perawatan.

4. Diduga rampas senjata api milik TNI

Senjata Api Jenis SS1 V2
Senjata Api Jenis SS1 V2 (Pindad.com)

Menurut keterangan polisi, massa yang menyerang juga melakukan penembakan ke arah aparat.

Kapolda Papua Irjen Pol Rudolph A. Rodja mengungkapkan, massa telah merampas senjata api milik TNI dalam aksi itu.

"Massa merampas sekitar 10 pucuk senpi sambil melakukan penembakan ke arah petugas TNI dan Polri yang sedang melakukan pengamanan unjuk rasa yang pada awalnya damai," kata Rudolph.

5. Penyerang diduga KKB

Polisi, kata Dedi, menduga bahwa pihak yang tiba-tiba menyusup merupakan kelompok kriminal bersenjata (KKB).

"Penyerangnya diduga terindikasi kelompok KKB," ungkap Dedi.

6. Situasi sudah kondusif

Hingga Rabu malam waktu setempat, polisi mengatakan bahwa situasi sudah kondusif.

Namun, aparat TNI-Polri bersama pemda terkait terus berkomunikasi dengan masyarakat setempat agar kejadian anarkis tidak terulang kembali.

"Saat ini situasi di Kabupaten Deiyai sudah aman dan kondusif, Bupati dan Forkopimda Deiyai, sedang melaksanakan rapat untuk mengimbau massa agar tidak melakukan aksi anarkis pasca unjuk rasa," kata Dedi.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia/Seno Tri Sulistiyono/Kompas.com/Devina Halim)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved