Jumat, 3 Oktober 2025

Mantan Komandan NII: Dalam Kelompok Teroris Kenapa Pelakunya Selalu Jamaahnya?

Mereka akan berubah seperti memakai kacamata kuda, yang benar hanya pimpinannya saja yang akhirnya menjadi radikal.

Editor: Johnson Simanjuntak
Kolase Tribun Video
Ken Setiawan, mantan Komandan NII dan pendiri NII Crisis Center 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Banyak orang bertanya, dalam kelompok teroris kenapa yang jadi pelaku selalu jamaahnya? Termasuk ketika ada kejadian bom bunuh diri, kemana pimpinan mereka? Katanya mendapat surga tanpa hisab, kenapa bukan pemimpin mereka dulu yang masuk surga?

Demikian sejumlah pertanyaan yang timbul di masyarakat melihat aksi dan penangkapan teroris di sejumlah daerah. Bahkan ada terduga teroris yang melakukan aksi bom bunuh diri saat digrebek Polri, di Bekasi, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Menurut Pendiri NII Crisis Center yang juga Mantan Komandan (Negara Islam Indonesia (NII), Ken Setiawan, para teroris mentafsikan bahwa pimpinan mereka adalah wakil Allah di muka bumi.

Menurut mereka, Ken menjelaskan, perintah pimpinan saja perintah ulil amri, perintah ulil amri sama saja perintah Rasul, perintah Rasul sama dengan perintah Allah.

"Mereka menggunakan ayat Alquran (QS Al Baqarah: 30) menyatakan bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi, antara lain, mengisyaratkan salah satu fungsi manusia sebagai pemimpin," jelas Ken kepada Tribunnews.com, Kamis (9/5/2019).

"Jadi menurut mereka perintah pimpinan sama saja perintah Allah yang wajib diaati sepenuhnya, tidak boleh bertanya atau menolak, mereka doktrinya adalah Sami'na Wa Atho'na (Kami Mendengar dan Kami Taat)," ujar Ken.

Lebih lanjut Ken mengatakan, bila seorang jamaah sudah Sami'na Wa Atho'na (Kami Mendengar dan Kami Taat) maka di situlah permulaan ke dunia baru.

Mereka akan berubah seperti memakai kacamata kuda, yang benar hanya pimpinannya saja yang akhirnya menjadi radikal.

Baca: Buya Syafii Maarif Usulkan Pembentukan Zaken Kabinet ke Jokowi

"Dan sudah seperti kerbau di cokok hidungnya, ibarat buah itu sudah matang, tinggal panen, untuk menuju aksi terorisme tinggal selangkah, dipoles ayat mendapatkan surga tanpa hisab bersama keluarga dan 72 bidadari maka sudah siap amaliayah menjadi teroris," papar Ken.

Ini yang menurut Ken, merupakan tragedi kemanusian. Anak muda yang punya semangat tapi belajar dan ketemu dengan orang yang salah sehingga jihadnya pun jihad di jalan yang salah.

Bagi Ken, terorisme memang berbahaya. Tapi yang lebih berbahaya adalah sikap intolerasi dan radikalisme pemikiran.

Karena mereka setiap saat menyebarkan kebencian terhadap orang di luar kelompoknya, termasuk menyebarkan kebencian terhadap pemerintah.

Hal ini, imbuh dia, yang bisa saja sudah terjadi dan ada di sekililing kita.

Ken menegaskan, intoleransi adalah pintu gerbang radikalisme karena tidak mau menerima perbedaan, yang benar hanya diri dan kelompoknya saja sementara yang lain salah.

"Bila kita tidak waspada maka bisa saja keluarga dan lingkungan kita menjadi sasaran mereka," ucap Ken.

Untuk itu Ken mengingatkan agar semua elemen masyarakat waspada tapi jangan sampai pobia. Justru adanya mereka itu menjadi motivasi kita dan lingkungan untuk belajar tentang agama dengan ahlinya.

Baca: Bom yang Disita dari Terduga Teroris di Bekasi Disebut Polisi Berdaya Ledak Besar

"Bila mendapatkan materi yang tidak dimengerti agar ditanyakan kepada ahlinya. Saring berita yang kita dapat agar kita menjadi korban hoax atau bahkan menjadi pelaku hoax karena turut menyebarkannya," jelasnya.

Saatnya kita, tegas dia, rajut semangat nasionalisme. Artinya bukan hanya semangat ketika nonton bola antara Indonesia vs Malaysia misalnya. Tapi saatnya semua anak bangsa peduli kepada lingkungan sosial.

"Sebab kalau mau jujur, hari ini kita sudah terkepung oleh berbagai macam ancaman, salah satunya adalah intoleransi, radikalisme dan terorisme," tegasnya.

Masalah utamanya adalah, dia menjelaskan, kita terancam, tapi tidak merasa terancam.

"Sebab kita sekarang menjadi autis dan sibuk dengan diri kita sendiri, termasuk dengan berbagai fasilitas yang modern, kita hanya sibuk dengan dunia kita dan tidak perduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita," paparnya.

Selain itu ia juga berpesan agar jangan mau diadu domba antar suku, antar agama dan antar saudara oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

"Mari kita isi kemerdekaaan dengan prestasi dan karya nyata yang bermanfaat untuk sesama.

Bela negara bukan hanya menjadi tanggung jawab aparat saja. Tapi juga menjadi tanggung jawab kita semua," tegasnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved