Derita Korban Perdagangan Orang Sindikat Timur Tengah yang Diperkerjakan Ilegal di Enam Negara
Ia mengaku tidak tahu menahu jika pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga yang ditawarkan tersebut ilegal.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengenakan topeng dan kerudung, korban perdagangan orang sindikat Timur Tengah, E, menceritakan penderitaannya selama bekerja sebagai pembantu rumah tangga di enam negara berbeda dalam rentang waktu kurang lebih setahun sejak 2018.
Awalnya, E, mengaku ingin kerja di Indonesia namun dberhubung kondisinya tidak memungkinkan dan punya kebutuhan mendesak akhirnya ia harus menerima tawaran sponsor di kampungnya, Benyawakan Jaya, Tangerang untuk bekerja di Arab Saudi dengan gaji Rp 5 juta per bulan plus bonus lainnya.
"Ada sponsor dari kampung yang nawarin saya kerja di Arab Saudi katanya gajinya Rp 5 juta terus dapat uang tip sekian. Karena saya lagi butuh juga akhirnya saya mau," kata E di Bareskrim Mabes Polri Jakarta Selatan pada Selasa (9/4/2019).
Ia mengaku tidak tahu menahu jika pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga yang ditawarkan tersebut ilegal.
E mengaku awalnya berangkat ke Jakarta pada sekira bulan Mei 2018.
Dari Jakarta ia lalu dikirim ke Surabaya oleh agennya.
Dari sanalah ia kemudian harus menjalani pekerjaan di enam negara berbeda tanpa digaji.
Enam negara tersebut antara lain Malaysia, Uni Emirat Arab, Turki, Sudan, Suriah, dan Irak.
"Di Baghdad saya disiksa majikan, diperkosa anak majikan, saya dituduh mencuri tapi tanpa ada bukti saya dihebloskan ke penjara dalam keadaan hamil tiga bulan," kata E lirih.
E mengatakan, saat ia dipenjara, sebuah organisasi Internasional yang berkecimpung di bidang migrasi (IMO) kemudian mengetahui keberadaannya dan melaporkannya ke Kedutaan Besar Indonesia di Baghdad, Irak.
E mengaku bisa kembali pulang ke Indonesia berkat Kedutaan Besar Indonesia di Baghdad, Irak.
Baca: Hasil Visum, Ditemukan Luka Bekas Hantaman Benda Tumpul dan Injakan Kaki di Tubuh Mayat Wanita Hamil
"Ada orang yang nenolong saya di KBRI Baghdad. Dari SEED Foundation, dari IOM (Organisasi Internasional Migrasi) kalau bukan karena mereka saya tidak akan ada di sini. Tidak akan bisa melihat kalian juga," kata E.
E mengatakan, ia tidak ingin ada lagi korban-korban lainnya selain dirinya.
Intinya cukup di saya saja. Jangan sampai ada yang lain lagi yang berangkat ke Timur Tengah. Terutama saya ingin ngomong. Saya tidak sakit hati, tidak dendam, tapi masih berbekas," kata E.
Direktortat Tindak Pidana Umum Bareskrim Mabes Polri berhasil mengungkap sindikat internasional perdagangan orang dengan korban lebih dari seribu orang.