Pemilu 2019
Djarot Suka Saksi PDIP yang Bawel, Cerewet, Bukan Saksi yang Kalau Perhitungan di TPS Malah Tidur
Dengan perhitungan waktu penghitungan yang cukup lama, ucap Djarot, maka diperlukan tiga saksi untuk mengawal satu TPS.
TRIBUNNEWS.COM, PANGANDARAN - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menyiapkan tiga orang saksi di setiap tempat pemungutan suara pada pemilihan serentak 2019.
Ketua Bidang Keanggotaan dan Organisasi PDIP, Djarot Saiful Hidayat mengatakan pemilihan presiden dan pemilihan legislatif berlangsung bersamaan. Karena itu diperlukan tiga saksi untuk mengawal satu TPS.
"Jadi memang harus tiga orang saksi. Sekarang bayangin kalau cuma satu dan dua, itu mereka jam 07.00 sampai jam 01.00 pagi tidak akan mampu," ujar Djarot di Pangandaran, Jawa Barat, Minggu (25/11/2018).
Baca: Kakek di Cirebon Tebus Jenazah Bayi Pakai BPKB karena Tak Ada Uang, Pihak RS Jelaskan Prosedur BPJS
Baca: Datangi Pesantren, Prabowo Mengaku Tidak Pernah Minta Dukungan
Dengan perhitungan waktu penghitungan yang cukup lama, ucap Djarot, maka diperlukan tiga saksi untuk mengawal satu TPS.
Hal itu juga untuk mencegah potensi kecurangan pada saat penghitungan suara.
"Saya suka saksi PDIP bawel, cerewet, bukan saksi yang kalau perhitungan tidur. Tapi yang cerewet kalau dicurangi cari saksi yang kita latih, yang kita didik terutama yang berani," ucap Djarot.
Baca: Prabowo: Dulu Waktu Muda dan Dikirim ke Medan Perang, Saya Cari Kiai Minta Didoakan
Baca: Soal Kasus Dugaan Penyalahgunaan Dana Rp 2 Miliar, Dahnil Anzar: Saya Tidak akan Surut Nyali
Saksi-saksi yang disiapkan oleh partai, ucap Djarot, juga merupakan kader berpengalaman yang sudah pernah menjalankan peran serupa di pesta demokrasi sebelum-sebelumnya sehingga tidak diragukan kualitasnya.
Djarot menjelaskan, 50 persen biaya saksi ditanggung oleh calon anggota legislatif DPRD tingkat dua. Sedangkat untuk caleg tingkat provinsi 30 persen, dan caleg DPR RI 20 persen.
"Semakin ke atas makin kecil, karena kan' jumlah Caleg tingkat II lebih banyak. Kalau DPR kan' satu Dapil cuma sepuluh. Makanya gotong royongnya begitu, biar adil," tutur Djarot.