Pemerintah Akui Kekurangan Guru Produktif di SMK
Padahal diketahui, lulusan SMK adalah mereka-mereka yang sejatinya dipersiapkan untuk bisa langsung bekerja.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kini menjadi perbincangan karena Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pengangguran terbanyak ada pada lulusan SMK.
Padahal diketahui, lulusan SMK adalah mereka-mereka yang sejatinya dipersiapkan untuk bisa langsung bekerja.
Menjawab hal ini, pemerintah menyatakan tantangan terbesar saat ini di SMK adalah minimnya jumlah guru produktif yang mengajarkan tentang keahlian khusus sesuai bidangnya.
"Tentangan terbesar di SMK ketersediaan guru produktif. Kami mendapatkan data, pada awal 2016, kekurangan guru produktif di angka 91 ribu. Di sisi lain, kita memiliki kapasitas terpasang di SMK untuk yang nonkejuruan," ungkap Saryadi,Kasubdit Penyelarasan Kejuruan dan Kerja Sama Industri Direktorat Pembinaan SMK, Kemendikbud, dalam diskusi bertajuk : Vokasi dan Ironi Pendidikan di Era Milenial, Sabtu (10/11/2018) di Cikini, Jakarta Pusat.
Sebelumnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menjelaskan di SMK ada tiga jenis guru. Pertama guru adaptiif yang mengajarkan mata pelajaran murni seperti biologi, kimia dan lainnya.
Baca: Doa KH Maruf Amin untuk Para Jokowers
Kemudian guru normatif yang mengajarkan pendidikan seperti agama, PKN ataupun Bahasa Indonesia. Ketiga guru produktif yang mengajarkan keahlian khusus.
"Sayangnya waktu saya masuk jadi menteri, jumlah guru produktif hanya 37 persen. Bahkaan ada SMK yang guru normatifnya lebih banyak," ucap Muhadjir.