Minggu, 5 Oktober 2025

Ijeck Ajak Birokrasi Pemprov Sumut Bekerja Cepat, Namun Khawatir Terbentur Birokrasi

Ijeck mengaku memahami dan menyadari, pemerintah daerah membutuhkan dukungan media massa agar program pembangunan dapat tersosialisasikan

Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUN MEDAN/ DOMU D AMBARITA
Wagubsu Musa Rajeksah alias Ijek (kiri) bersilaturahmi dengan manajemen Kompas Gramedia. Usai pertemuan di lantai 6 gedung lama Kompas Gramedia di Jalan Palmerah Selatan, Kamis (1/11/2018) (kika) Ijeck berjalan bersama dengan Pemred Harian Kompas Budiman Tanuredjo, Wapemred Kompas TV Yogi Nugraha, dan CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Gubernur Sumatera Utara,  Musa Rajeksah alias Ijeck bersilaturahmi ke manajemen Kompas Gramedia di lantai 6 Gedung Unit II Kompas Gramedia di Jalan Palmerah Selatan, Kamis (1/11/2018).

Saat pertemuan dengan CEO Kompas Gramedia, Lilik Oetama,  pasangan Gubernur Edy Rahmayadi yang  berpengalaman berbisnis sektor swasta, gerak dan tindakan cepat berniat mengajak birokrasi Pemerintah Provinsi Sumut bekerja serba cepat, namun khawatir terbentur aturan birokrasi.

"Sebagai orang swasta, saya ingin cepat-cepat, tapi pemerintahan ini ada aturan dan birokrasinya. Nanti cepat-cepat, saya khawatir malah jadi masalah," kata Musa Rajekshah saat kunjungan silaturahmi dengan manajemen Kompas Gramedia di Jakarta, Kamis (1/11) siang.

Musa Rajekshah, akrab disapa Ijeck, lahir di Kota Medan pada 1 April 1974.

Ia anak kedelapan dari sembilan bersaudara putra-putri pasangan H Anif dan Hj Syarifah Rahmah. Ijek mengikuti jejak Anif, ayahnya, usahawan ternama di Sumatera Utara.

Kunjungan ke manajemen Kompas Gramedia dilakukan setelah ia menghadiri pertemuan para gubernur/wakil gubernur bersama Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan Djalil dan Kepala Staf Presiden Moeldoko, Rabu (31/10).

Ijeck mengaku memahami dan menyadari, pemerintah daerah membutuhkan dukungan media massa agar program pembangunan dapat tersosialisasi dan terkomunikasi secara baik kepada masyarakat luas.

Wagubsu Musa Rajeksah foto bersama dengan CEO Kompas Gramedia Liliek Oetama
Wagubsu Musa Rajeksah (kiri) foto bersama dengan CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama (TRIBUNNEWS.COM/DOMU D AMBARITA)

Baca: Musa Rajeksah Akan Dorong Pembangunan Sektor Maritim Secara Progresif

"Kami mohon dukungan pemberitaan media berjaringan, seperti Kompas dan Tribun. Kami berharap dukungan berita positif, dan kalau ada kritik yang membangun, silakan. Kita tahu pemberitaan terbuka, namun perlu mempertimbangkan kepentingan masyarakat umum. Saya sebagai wagub mohon dibantu," ujar Ijeck.

Menurut ayah empat anak buah perkawinan dengan Sri Ayu Mihari, ia melihat banyak program pemerintah pusat yang baik.

Baca: Massa Bakal Demo Besok, Wakapolri: Indonesia Berduka, Kok Rasanya Kita Tak Berempati

Namun sayang, sejauh ini ada beberapa hal yang tidak dapat dijalankan secara baik oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

"Itu yang kami ingin evaluasi," kata Ijeck, yang menjabat Ketua Palang Merah Indonesia Medan.

Ijeck datang bersama Kepala Dinas Kominfo Provinsi Sumut Muhammad Fitriyus, Asisten Pemerintahan Setdaprov Sumut Jumsadi Damanik, dan Ketua Umum KONI Sumut John Ismadi Lubis. Pertemuan singkat, sekitar 25 menit namun hangat, berlangsung di lantai 6 gedung lama Kompas Gramedia di Jalan Palmerah Selatan, Jakarta.

Adapun CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama diampingi Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo, Presiden Direktur Dyandra Promosindo Daswar Marpaung, Wakil Pemimpin Redaksi Kompas TV Yogi Nugraha, General Manager Content Newspaper Tribun Network Domuara D Ambarita, editor Kompas.com Caroline Damanik, dan Editing Manager Tribun Network Ade Mayasanto.

Pemimpin Redaksi Harian  Kompas Budiman Tanuredjo (kedua kiri) memperlihatkan mesin cetak tempo doeloe surat kabar Kompas kepada Wagubsu Musa Rajeksah (kiri) saat bersilarutahmi dengan CEO Kompas Gramedia Liliek Oetama (ketiga kiri) di  Jakarta, Kamis (1/11/2018) siang.
Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo (kedua kiri) memperlihatkan mesin cetak tempo doeloe surat kabar Kompas kepada Wagubsu Musa Rajeksah (kiri) saat bersilarutahmi ke CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama (ketiga kiri) di Jakarta, Kamis (1/11/2018) siang. (Tribunnews.com/Domu D Ambarita)

Baca: Pesan Kapolda Sumut: Jangan Mudah Diadu Domba

Pasangan calon Gubernur Sumatera Utara-Wakil Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi dani Musa Rajekshah memenangi pemilihan umum serentak 27 Juni. Pasangan ini telah dilantik Presiden Joko Widodo, Rabu (5/9/2018).

Ijeck menyampaikan ucapakan syukur dan terima kasih atas dukungan semua pihak pada pelaksanaan pemilihan Gubernur Sumut sehingga berjalan lancar dan aman.

Menurut Ijeck, ia menyempatkan waktu bertemu dengan Chief Executive Officer Kompas Gramedia Lilik Oetama untuk menjalin silaturahmi. Ijeck sudah lama menjadwalkan pertemuan tersebut, namun terbentuk waktu dan kesibukan. 

Ijeck menyampaikan tekad Pemprov Sumut meningkatkan lowongan kerja melalui mengajak investor masuk menanamkan modalnya.

Pembangun mulai dari desa akan terus ditingkatkan dengan menyertakan partisipasi dan dukungan masyarakat.

Penyelenggaraan pembanguna infrastruktur pun akan terus ditingkatkan agar stigma buruk tentang jalan berlubang-lubang di Sumut dapat diatasi.

"Kami telah berkumpul dengan Organisasi Perangkat Daerah. Daerah lain, jalannya sudah baik, sedangan Sumut? Inilah tugas kami ke depan yang perlu dikomunikasikan dengan baik," kata Ijeck.

Usai dialog, Ijeck tampak terarik melihat mesin manual, mesin cetak tempo doeloe Kompas, yang terbit perdana, 28 Juni 1965.

Ia pun mendekati monumen kerangka mesin yang dipajang di lantai dasar gedung lama Kompas Gramedia.

Liliek Oetama menyambut hangat kehadiran Ijeck dan tim. Ia memandu jalannya dialog. "Kami sambut denga tangan terbuka Wagub Sumut, saya panggil Bang Ijeck deh," ujar Lilik sambil berseloroh. 

Budiman Tanuredjo mengatakan, relasi pemerintah dan media massa merupakan sesuatu hal penting.

Setiap program pemerintah perlu dikomunikasilan kepada masyarakat. Media yang tersedia sebagai saluran informasi dapat berusapa media sosian bisa juga media arus utama.

Namun komunikasi harus dikelola secara baik dan profesional, bukan sekadar memainkan jempol ala medsos.

"Kompas terbuka untuk kerja sama dengan Pemerov Sumut, sama seperti dengan kerja sama Kompas sama dengan Pemprov Jateng menyeleranggakan Borobudur Marathon, yang tahun lalu terpilih sebagai event the best marathon," kata Budiman.

Kerja sama atau kolaborasi antara media dan pemda sudah sering dilakukan Kompas.

Misalnya menyelenggarakan acara Borobudur Marathon, kegiatan lomba lari buah kerja sama Kompas dengan Pemrov Jawa Tengah.

Kemudian Tambora Challenge, yakni acara kompetisi olahraga yang diselenggarakan Kompas bekerja sama dengan Pemprov Nusa Tenggara Barat untuk memperingati meletusnya Gunung Tambora 200 tahun silam.

Baik Borobudur Marathon maupun Kompas Tambora Challenge, selain menggelar acara, juga disertai penulisan mendalam tenang sosial budaya, ekonomi dan potensi pariwisata setempat.

"Kompas Tambora Challenge ini, membawa syariah travel di Nusa Tenggara Barat. Dan di Sumatera Utara berpotensi menjadikan Danau Toba marathom menjadi event dan aktivitas yang dapat dirancang semenarik mungkin," kata Budiman.

Ia berpesan, satu kegiatan yang diselenggarakan bersama media massa, jangan lihat sebatas aktivitas event organizer, tetapi dapat didesain menjadi momentum publikasi mengangkat budaya dan pariwisata seputar Danau Toba.

"Bukan sekadar pemberitaan jumpa pers. Itu oke. Tapi lebih jauh dari itu, bisa menajdi lebih luas garapannya. Ini cara-cara kami bukan sekadar jurnalisme tetpai kolaborasi event," kata Budiman.

Ia juga menyampaikan harapan agar tren kepemimpinan nasional, mengahdirkan bibit unggul atau calon dari kepala daerah. Joko Widodo atau Jokowi, misalnya, dari semula Wali Kota Solo, kemudian gubernur Jakarta sampai sekarang jadi presiden.

"Tahun 2024 menjadi ajang para pemimpin daerah yang berpeprestasi, setelah era Jokowi atau Prabowo habis. Tren ke depan adalan peluang pemimpin daerah yang berkinerja baik naik ke pangging nasional semakin terbuka. Siapa orangnya? Bisa Edy Rahmaya, Ijeck, Ridwal Kamil, Kohipah, atau yang lain," sebut Budiman.

Mengingat banyak kepala daerah yang terjerat Komisi Pemberantasan Korusi karena tersangkut kasus korupsi, termasuk dua Gubernur Sumut yakni Syamsul Arifin dan Gatot Puji Nugroho, Budiman mengingatkan Ijeck agar jangan sampai tersentuh KPK.

"Sebab menurut survei kami, begitu terjsentuh KPK, maka akan langsung anjlok. Begitu kena KPK, tingkat kepercayaan langsung jatuh," kata Budiman. (DOMU D AMBARITA)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved