Pentingnya Mendongkrak Ekonomi Papua Lewat Komoditas Lokal
"Apa yang kami lakukan sederhana, di mana ada sebuah program yang nyata dan bisa diberikan pada masyarakat Papua. Dan kami belum menyentuhnya,”
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menerima Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional Letjen (TNI) Doni Monardo di Bina Graha, Jakarta, Kamis (4/10/2018).
Kedatangan Doni dalam rangka menyampaikan laporan tentang pemberdayaan ekonomi di tanah Papua.
Satu di antaranya mengangkat potensi sagu menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan, bukan hanya diolah menjadi Papeda (makanan bubur sagu khas Maluku dan Papua).
"Bayangkan di Papua ada 5,2 juta lahan sagu. Jika dalam satu hektar ada 600 batang pohon sagu, maka ada tiga miliar batang yang per tahun bisa menghasilkan 35-40 juta ton sagu,” kata Doni dalam laman ksp.go.id.
Baca: 20 Truk Tangki Dikerahkan PMI Angkut Air Bersih ke Tenda-tenda Pengungsian di Sulawesi Tengah
Untuk itu, tim Wantanas mengajak semua pemangku kepentingan untuk bergerak bersama.
Mulai dari kementerian, lembaga, LSM, aktivis masyarakat, swasta yang bergerak di sektor komoditas untuk bahu-membahu memanfaatkan potensi yang luar biasa tersebut.
Sebagai bukti, sagu bisa diolah menjadi bermacam bahan makanan, tim sagu dari Riau menyajikan mie berbahan sagu dengan lauk teri yang disajikan dalam pertemuan tersebut.
Selain sagu, tanah Papua ternyata kaya dengan komoditas pangan dan hortikultura.
Mulai dari kopi yang ada di Tiom, Lanny Jaya.
Baca: Kapolres Blitar Rela Ngamen di Warung Kopi untuk Bantu Korban Bencana di Palu dan Donggala
Juga hasil laut, seperti lobster, udang, dan kepiting di Sorong.
"Kopi Tiom ternyata punya nilai ekonomi yang tinggi. Harganya Rp 5,3 juta per kilogram,” ungkap Doni.
Berbagai potensi yang masih terpendam tersebut harus segera diangkat dan diolah untuk mensejahterakan masyarakat Papua.
"Apa yang kami lakukan sederhana, di mana ada sebuah program yang nyata dan bisa diberikan pada masyarakat Papua. Dan kami belum menyentuhnya,” terang Doni.
Langkah ini, menurut seorang yang aktif dalam pemberdayaan masyarakat Papua adalah sarana untuk merangkul, bahwa mereka adalah bagian dari Republik.
"Yang dibutuhkan rakyat Papua hanyalah perhatian,” katanya sambil terisak.
Baca: Pentolan Bonek Komentari Perobekan Bendera Persebaya dan Chant Rasis di Laga Lawan Arema FC
Kepala Staf berharap berbagai kegiatan on farming tersebut bisa ditindaklanjuti dengan langkah off farming.
"Pertanyaannya, setelah itu bagaimana. Off farmingnya seperti apa?” ungkapnya.