Minggu, 5 Oktober 2025

Bom di Surabaya

Kementerian Sosial Terjunkan Tim Psikososial Bantu Korban Ledakan Bom Tiga Gereja Di Surabaya

Menteri Sosial Idrus Marham menyampaikan duka cita mendalam atas peristiwa serangan bom bunuh diri terhadap tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, Mingg

Editor: Adi Suhendi
Istimewa
Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kementerian Sosial RI membantu korban ledakan bom di tiga gereja Surabaya. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Sosial Idrus Marham menyampaikan duka cita mendalam atas peristiwa serangan bom bunuh diri terhadap tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, Minggu, (13/5/2018).

 "Kejadian ini menggoreskan luka bagi seluruh warga Indonesia. Oleh karena itu Kementerian Sosial mengambil langkah-langkah cepat dengan fokus utama menangangi para korban sebaik-baiknya," kata Idrus Marham dalam keterangan yang dikirim Humas Kemensos RI.

Baca: Puskamnas Menilai Bom Surabaya Menunjukan Ada Tren Baru Serangan Terorisme

Ia mengungkapkan pihaknya telah menerjunkan personel yang terdiri dari tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) sebanyak 25 orang, Taruna Siaga Bencana (Tagana) 30 orang, ditambah Tenaga Pelopor Perdamaian, Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, dan Dinas Sosial Kota Surabaya untuk membantu para korban.

Tim Kementerian Sosial ini, lanjut Mensos, sebagai bentuk kehadiran negara memberikan pendampingan dan perhatian kepada para korban.

Baca: Tetangga Sebut Ada Sosok Misterius Datangi Rumah Pelaku Sebelum Lakukan Aksi Bom Bunuh Diri

Serta untuk memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan korban tertangani dan terpenuhi dengan baik.

"Ini adalah tanggung jawab negara. Dengan adanya tim LDP diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan menghapus trauma korban dan keluarga korban secara perlahan-lahan. Kami akan berupaya sebaik mungkin menangani korban dan keluarganya," katanya.

Dikatakan Mensos, korban bencana sosial biasanya merasa takut, cemas, dan was-was.

Mereka juga tidak mau ditinggal sendiri dan mudah curiga kepada orang lain.

Karena itu, Tim LDP harus menggunakan seragam sebagai identitas sehingga mudah dikenali dan memberikan rasa percaya terhadap korban.

Baca: Kapolri Ungkap Motif Serangan 3 Gereja di Surabaya, Balas Dendam

"Kepada tim Kementerian Sosial di Surabaya secara tegas telah saya sampaikan agar pastikan terus dekat dengan mereka. Penuhi kebutuhannya. Jadilah pendengar yang baik. Biarkan mereka ekspresikan perasaannya karena itu salah satu upaya mental katarsis untuk penyembuhan mereka dari kejadian traumatis," terang Idrus.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan sesaat setelah ledakan, tim Kementerian Sosial menyebar ke tiga titik lokasi kejadian.

Sebagian lagi melakukan pendataan di empat titik rumah sakit dimana para korban dirawat.

"Tim di lapangan secara intensif melakukan pendataan by name by address seluruh korban meninggal maupun korban luka-luka untuk keperluan pendampingan lebih lanjut dan penyiapan santunan untuk ahli waris korban meninggal serta bantuan korban luka," terangnya.

Baca: Prananda Surya Paloh: Jangan Beri Ruang Bagi Penjahat Kemanusiaan di Republik Ini

Anggota LDP Provinsi Jawa Timur Twi Adi mengatakan salah satu upaya yang dilakukan timnya adalah membantu mempertemukan keluarga korban dengan korban.

"Tim kami menemukan seorang nenek yang menangis dan kebingungan di rumah sakit dan mencari adiknya yang hilang. Beliau dilaporkan melakukan ibadah di gereja GPPS Jalan Arjuna," katanya.

"Sudah dilakukan pendataan dan selanjutnya kami sebarkan informasi ini ke seluruh jejaring kami dan semoga bisa segera ditemukan," katanya.

Empati

Sementara itu, terkait menyebarkan foto-foto dan rekaman video tentang ledakan di 3 gereja di Surabaya Minggu pagi, Dirjen menegaskan kepada seluruh tim Kementerian Sosial yang melakukan penanganan di lapangan maupun juga kepada masyarakat agar tidak menyebarkan foto-foto korban di media sosial maupun whatsapp group.

Harry mengatakan membagikan atau mengirimkan foto kerusakan dan korban adalah tindakan yang justru akan menyenangkan teroris.

Baca: Polisi Ledakkan Bom di Sekitar Kediaman Pelaku Serangan Bom Bunuh Diri di Surabaya

"Mari berempati terhadap korban. Hentikan penyebaran foto korban dan kerusakan yang mengerikan. Foto-foto itu adalah wujud teror dan provokasi. Menyebarkan foto seperti itu merupakan tujuan dari teroris. Kita tidak mau menjadi alat dari tujuan teroris," tegasnya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk tetap buka mata dan telinga, jaga kejernihan pikiran dan satu dalam doa.

Selalu melakukan cek dan ricek informasi yang beredar agar tidak menambah ketakutan dan kecemasan terhadap korban dan keluarganya.

"Kita bersama melawan teror," tegas Harry.

Seperti diketahui hari ini pengeboman terjadi tiga lokasi Gereja di Surabaya, Jawa Timur.
Hingga Minggu sekira pukul 18.00 WIB, berdasarkan data Kepolisian, tercatat 13 orang meninggal dunia dan puluhan orang luka-luka.

Pengeboman terjadi di tiga gereja di Surabaya yakni Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Ngagel, Gereja GKI di Jalan Diponegoro dan Gereja GPPS di Jalan Arjuna.

Tim Kemensos

Tim Layanan Dukungan Psikososial adalah tim terlatih dan memiliki kompetensi khusus yang mendukung perkembangan psikososial korban bencana.

Tujuan Layanan Dukungan Psikososial adalah meningkatkan kesejahteraan psikososial bagi korban bencana.

Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kementerian Sosial RI
Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kementerian Sosial RI membantu korban ledakan bom di tiga gereja Surabaya.

Sejahtera dapat diasosiasikan dengan rasa telah memiliki semua yang dibutuhkan, sempurna, menikmati hidup, berhasil mengatasi tantangan, memiliki daya tahan, dan lain sebagainya.

Program psikososial biasanya dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di bidang Kesehatan, Pendidikan, dan Perlindungan.

Sementara TAGANA adalah relawan sosial atau Tenaga Kesejahteraan Sosial berasal dari masyarakat yang memiliki kepedulian dan aktif dalam penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial.

Dalam melaksanakan tugasnya, satu jam setelah bencana TAGANA harus berada di lokasi bencana.

TAGANA merupakan salah satu potensi sumber kesejahteraan sosial yang sangat dirasakan kontribusinya dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial khususnya dalam konteks penanggulangan bencana sejak dibentuk pada Tahun 2004.

Saat ini jumlah personil TAGANA sebanyak 37.817 orang dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

Tenaga Pelopor Perdamaian merupakan relawan terlatih yang diharapkan menjadi agen-agen perdamaian yang mampu mendeteksi dan mengelola berbagai persoalan sosial di masyarakat khususnya dalam pencegahan konflik sosial.

Kompetensi utama Tenaga Pelopor Perdamaian adalah deteksi dan cegah dini terhadap potensi konflik sosial di masyarakat.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved