Sabtu, 4 Oktober 2025

Bom di Surabaya

Puskamnas Menilai Bom Surabaya Menunjukan Ada Tren Baru Serangan Terorisme

"Karena itu, diperlukan kerjasama semua komponen masyarakat tidak cukup hanya mengandalkan aparat keamanan,"

Penulis: Yanuar Nurcholis Majid
Editor: Adi Suhendi
Surya/JUNI KRISWANTO
BOM GEREJA - Polisi berjaga di sekitar lokasi ledakan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jl Arjuno, Surabaya, Minggu (13/5). Ledakan terjadi di tiga lokasi di Surabaya, yakni di Gereja Kristen Indonesia (GKI), Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), dan Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela pada waktu yang hampir bersamaan. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Nurcholis Majid

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pusat Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas) menilai serangan bom yang terjadi di Surabaya, Minggu (13/5/2018) pagi menunjukkan tren evolusi terorisme yang bergerak ke arah self-organizing terrorism atau lone wolf.

Para teroris bergerak secara otonom, aktor atau individu dapat membentuk jejaring atau komunitas baru dengan mandiri tanpa harus menyatakan afiliasi terhadap organisasi atau jejaring besar yang ada seperti ISIS atau pun Al-Qaeda.

Baca: Kapolri Ungkap Motif Serangan 3 Gereja di Surabaya, Balas Dendam

Selain itu, Puskamnas menjelaskan jika metode lonewolf pencegahannya lebih sulit sebab sistem komunikasi menggunakan media sosial dengan enskripsi yang ketat dan susah dilacak.

Baca: Polisi Temukan Empat Bom di Rumah Pelaku Ledakan 3 Gereja di Surabaya

"Karena itu, diperlukan kerjasama semua komponen masyarakat tidak cukup hanya mengandalkan aparat keamanan," ujar Ali Asghar, Peneliti Puskamnas, melalui rilis yang diterima, Minggu (13/5/2018).

Selain itu, Puskamnas mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan pembahasan draft RUU terorisme yang tetap berpedoman pada pendekatan Criminal Justice System.

Baca: Tetangga Sebut Ada Sosok Misterius Datangi Rumah Pelaku Sebelum Lakukan Aksi Bom Bunuh Diri

"Memberikan penguatan fungsi intelijen kepolisian untuk bisa menindak para pekaku terorisme sebelum melakukan aksi," ucap Ali.

Memasuki tahun politik Ali pun mengingatkan perlu ada nya kesadaran dari elite politik untuk tidak mengumbar narasi-narasi kebencian berbasis agama yang hanya akan memberi ruang terhadap aksi-aksi intoleransi yang berujung pada tindakan radikalisme dan terorisme.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved